Hampir setiap hari, pagi dan sore/malam sering terlihat di sekitar gerbang tol cikupa baik arah jakarta atau merak, dipinggir jalan tol sekitar pintu keluar masuk bitung, dan juga disekitar pintu keluar karawaci, ada orang2 dipinggir tol yang ingin naik bus.
Memang, menurut peraturan saat ini mereka tidak boleh naik/turun di sekitar gerbang tol tadi. Masalahnya adalah mengapa hal tersebut terjadi? Artinya selama ini banyak orang butuh naik mobil bus tapi tidak ada atau jauh, bahkan bisa jadi sulit sekali. Dan mau turun dari buspun juga begitu.
Misalnya, bagi warga disekitar karawaci (islamic, lippo) dan sekitarnya, kalau kalau akan bepergian ke serang/merak naik bus umum apa bisa menunggu bus di pintu tol karawaci arah serang/merak?? Gak bisa, karena tidak ada bus arah serang/merak yang melewati karawaci/lippo. Masyarakat harus naik angkut menuju kebun nanas, yang pasti itu butuh biaya dan waktu. Kalau sudah begitu praktisnya bagaimana? Menunggu bus di pinggir jalan tol dekat pintu keluar tol. Sebab biasanya ada penumpang yang akan turun juga.
Artinya apa? Ada kebutuhan masyarakat tapi tidak terpenuhi oleh operator jalan tol dan operator angkutan umum/bus.
Begitu juga dengan yang di pintu tol bitung dan cikupa. Bahkan bbrp gerbang tol tempat masyarakat naik sering didesain untuk lebih ditutup lagi dengan yang lebih permanen atau lebih kuat pagarnya. Bisa jadi dipintu tol yang lain2nya. Bila ada petugas keamanan tol maka bus itu tidak mau menepi untuk berhenti, kalau ada penumpang bus yang mau turun gimana? Resiko turun dipemberhentian agak jauh.
Bandingkan dengan pintu tol di kebun jeruk. Disana didesain ada satu pintu tol untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Meskipun bus nya harus bayar. Sehingga masyarakat dan sopir bus tidak perlu lagi mencari2 kesempatan, atau menunggu tidak adanya petugas.
Melihat kebutuhan masyarakat yang ada, apa tidak mungkin gerbang tol didesain seperti gerbang tol kebun jeruk tersebut? Biar masyarakat biasa lebih banyak yg bs menikmati kue pembangunan. Apa jalan tol itu didesain hanya untuk orang2 kaya saja? Hanya untuk orang2 yang bermobil saja?? Apa karena dulu sarjana2 dan konsultan yang bangun jalan tol itu sekolahnya diluar negeri (amerika, jepang dll) yang memang beda dengan di Indonesia. Karena disana transportasi yg jauh biasanya dengan kereta, sedikit dengan bus. Artinya hanya main copy paste jalannya saja. Tidak melihat kebutuhan masyarakat bawah di sekitar tol.
Kalau sudah begini, maka seringkali masyarakat akan berhadapan dengan petugas tol. Meskipun sangat mungkin petugas tol dalam hatinya ingin membantu masyarakat untuk turun dan naik bus disekitar gerbang tadi, tapi disisi lain itu bertentangan dengan tugas mereka sendiri.
Sebagai masyarakat biasa, bingung juga dengan model pembangunan tol seperti ini. Jangankan untuk memiliki sesuatu, untuk merasakan pembangunan saja sulit sekali. Apa bedanya dengan parkiran kendaraan, untuk mobil sebagian besar disediakan dalam gedung/mall, tapi untuk motor kalaupun ada biasanya sedikit dan jauh pula.
Semoga pembangunan kedepan lebih mengutamakan masyarakat biasa.....meskipun dalam sejarahnya pembangunan akan memihak orang2 yang beruang, wajar, karena mereka dekat dan berteman dengan para pembuat kebijakan. Kalau sudah begini.....bingung sendiri jadinya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar