Senin, 16 April 2018

Magnet politik

Poltik telah mendominasi hampir semua sendi kehidupan bangsa ini, semakin mendekati pilpres 2019, semakin kuat dominasinya terhadap bidang lainnya.

Betapa harus berhati2nya sekarang ini untuk menjadi pembicara. Apalagi bidang keagamaan. Bukankah tokoh agama perlu menegaskan kebenaran disaat berceramah didalam kelompoknya, meski  terkadang harus membandingkan dengan agama lain. Karena itu bagian dari dialektika, meski terbatas dalam kelompokknya. Apa jadinya, jika dialektika tersebut direkam, dan dilihat dalam konteks yang berbeda? Kalau momen awalnya terjadi dialektika dalam tempat ibadah, kemudian diputar ulang dalam suasana warung kopi. Apakah dialektika tersebut masih mempunyai makna yang sama?

Sama halnya saat kita selfie mesra dengan istri, dalam batasan penghilatan keluarga kita hal biasa, bahkan menjadi indah. Tapi belum tentu saat foto tersebut dilihat banyak orang. Pasti akan berbeda arti.

Tapi, ini berbeda dengan cerita kaos oblong. Karena yang memakai kaos oblong orangnya sendiri. Saat kita memakai kaos oblong di keluarga, dan lingkungan sendiri, itu menjadi hal biasa, tidak merendahkan hak orang lain, karena memang biasanya memang begitu. Tapi, jika kita memakai kaos oblong di tempat pesta kawan, pastilah akan dianggap tidak menghormati, bahkan merendahkan momen pesta teraebut.

Yang menjadi pertanyaan adalah pesan itu awalnya untuk momen apa? Dan selanjutnya berubah untuk momen apa?  Apakah teks masih memiliki arti yang sama ketika sudah berbeda konteks?

Dan itulah kejadian dalam dunia medsos sekarang ini. Tulisan, gambar telah berubah ke konteks politik praktis. Dimana sekarang ini, politik praktis cenderung kurang etik. Meninggikan bendera sendiri dengan menurunkan bendera orang lain.

Minggu, 15 April 2018

Sampah politik

Suatu industri pasti akan menyisakan sampah.  Tidak terkecuali industri politik.
Politisi kekayaan utamanya memang kekuasaan. Pedagang, kekuasaan terbesarnya adalah uang atau modal.
Apa jadinya saat politisi juga seorang pedagang?

Saat politisi telah menyatu dengan kapitatalis, maka kecepatan kapitalisme dan liberalisme telah dimulai dengan full speed. saat mereka menyatu dengan kekuatan full, maka akan menyisakan sampah yang banyak pula. Siapa yang membersihkan sampah politik mereka?

Esensi pendidikan adalah adanya kebebasan, karena kebebasan akan memunculkan dan menumbuhkan kreatifitas. Jadi,  wujud kemerdekaan negara yang esensi adalah adanya kebebasan untuk berpikir dan berpendapat.

Apa kaitanya sampah politik dengan kebebasan??

Dalam bidang politik, beberapa politisi pemilik tivi, mereka seperti memaksakan kebenaran, mereka mau memonopoli kebenaran demi kepentingan politik mereka. Politisi2 dengan mudahnya mengotori langit frekuensi tivi, frekuensi tivi seperti milik mereka sendiri. Tivi sering melakukan tivu2.

Mereka lupa, frekuensi itu milik publik. Dan akhirnya masyarakatpun menjadi biasa saat sampah2 tersebut ada disekitar.

bahkan politisipun, dengan sengaja mengotori medsos, akhirnya banyak orang merasa enggan bermedsos. Dan keengganan timbul bisa jadi karena adanya kecemasan.

Kecemasan  terbesar atas dampak politik adalah sedikit2 terkena pasal ITE. Apalagi pasal perbuatan tidak menyenangkan. Apakah kita hidup ini harus menjadi pemuas orang lain? Bisa "menyenangkan" semua orang?

Jadi,  pasal perbuatan tidak menyenangkan hanya menguntungkan orang2 yang senang berurusan dengan pengadilan formal, bukan pengadilan sosial. Artinya akan menguntungkan orang2 kaya yang mampu membayar lawyer, mampu mengatur peradilan.

akhirmya masyarakatpun mulai merasakan kecemasan, dan itu sudah mulai  tampak. Kecemasan dampak dari politik ala Macvealli.

Bagaimana menjadi bangsa yang adiluhung, jika masyarakatnya selalu dihinggapi dengan rasa cemas, was2, bahkan rasa takut.

karena kecemasan itu membunuh kecerdasan