Pak bejo dan mas nur selanjutnya bercerita tentang gus dur, bagaimana kegigihan putra jombang itu memperjuangan kemanusiaan. Kemanusiaan yang tidak mengenal perbedaan SARA.
Mereka juga bercerita bagaimana manusia besar lainnya yang juga berjuang seperti gus dur dan mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan, seperti gus miek, kiai ahmad dahlan, mahatma gandhi, bunda theresia dan ulama NU lainnya.
Sampai tiba2 pak bejo menyatakan dan sekaligus mempertanyakan "kalau kongloromerat itu membantu keuangan parpol, apa membantu parpol itu juga membantu kemanusiaan? Kalau iya, apa mereka tanpa pamrih bantu untuk kemanusiaan?".
Dengan bercanda mas nur menjawab "parpol itu milik masyarakat, konglomerat itu juga masyarkat, dua2nya bantu parpol juga tidak ada yang tahu ikhlas atau gak. Tapi yang pasti, apabila suatu organisasi, apalagi parpol, kemudian yang membantu telah di dominasi hanya oleh konglomerat, dan itu2 saja, pasti parpol tersebut tidak akan bisa independen. Paling tidak, jika ada rencana kebijakan yang makruh dan subhat, tapi menguntungkan konglomerat, akhirnya cenderung untuk di halalkan".
Pak bejo langsung menyela "kalau itu yakin saya pasti sulit mengawasinya, yang benar2 haram menjadi halal saja susah, apalagi yang remang2, apa masyarakat tidak kwatir masa depan negara dan bangsa ini kedepan?".
Dengan santai mas nur menjawab "kebijakan itu sesuatu yang tidak tampak dan lembut, dan impilkasinya juga bukan hanya jangka pendek, tapi jangka panjang. Jadi kebanyakan masyarakat tidak tahu, jika tahupun sudah tidak bisa berbuat banyak".
Selanjutnya mas nur menambahkan "solusinya, parpol harus benar2 menjadi milik masyarakat. Kebijakan pengaturan pengurus dan keuangan parpol harus didesain menuju kesana. Dan itu tidak bisa cepat. Karena pasti akan ada resistensi dari pengurus parpol yang sekarang, khususnya elit keluarga yang menjadi pengurus parpol".
Pak bejo langsung menyela "langkah praktisnya gimana?"
Mas nur menarik napas sambil melihat langit "banyak yang harus ikut berubah, dari sisi pengurus parpol, masyarakat dan pemerintah. Dan itu harus sejalan. Maksudnya begini, dari sisi keuangan parpol, jika sementara ini iuran anggota parpol kecil, bantuan pemerintah juga kecil, maka kebutuhan parpol banyak dari sumbangan, sumbangan yang sebagian besar tidak transparan dan akuntabel. Maka harus ada pendidikan politik hingga masyarakat mau membantu parpol, dan parpol sendiri juga harus berubah untuk lebih transparan dan akuntabel, dan pemerintah juga harus menyusun formula kembali pemberian bantuan ke parpol. Sehingga keuangan parpol menjadi mandiri".
Mas nur melanjutkan lagi "meski siang berganti malam, musim berganti musim, tp perubahan parpol ke arah kemandirian itu seperti melihat fatamorgana di aspal panas, sebab sekarang ini modal sosial yang bersumber dari kepercayaan masyarakat terhadap parpol sangat lemah, dan sebaliknya sepertinya pengurus elit parpol juga menikmati keadaan ini, dan juga jika mengharap bantuan keuangan dari pemerintah nampak sulit, karena pemerintah juga akan didesak oleh masyarakat untuk tidak memberikan bantuan ke parpol."
Pak Bejo dengan malas berkata "jadi, kedepan parpol itu sepertinya akan di kelola layaknya perusahaan terbatas ya?".
Mas Nur menjawab seperti judulnya KLA Project "semoga".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar