Kamis, 17 Oktober 2019

tanjung mas

Pandangan pertama di area pelabuhan tanjung emas Semarang, ada kesan kerasnya kehidupan di dunia ini, mungkin yang terlihat karena banyak petikemas, truk2 besar, dan orang2 yang kurang saling menyapa, sibuk dengan urusan masing2 dan dikejar waktu.

perjalanan menuju pulau karimun jawa dengan memegang tiket kapal cepat, terbayang, semua sudah gak ada pengeluaran lagi saat akan naik kapal, berharap beres.

Ternyata begitu mau masuk pelabuhan,  masih ada pembayaran PAS TERMINAL PENUMPANG, di PAS tertulis surat edaran CEO Regional Tawa Tengah No. SE.0019/PU.03/RJTH-2018 tanggal 28 November 2018, RP.20.000,- penunpang dalam negeri.

Hal ini mengingatkan 7 tahunan lalu ketika naik pesawat, masih ada biaya boarding, yang harus di bayar ketika mau masuk bandara. Dan sekarang hal itu sudah tidak ada, jadi sebagai penunpang, sudah tidak ada lagi beban pengeluaran dan yang pasti mempercepat proses check in.

kenapa pengelola Tanjung Emas tidak menerapkan hal yang sama?  Bukankah keseharian pejabat2 pelindo juga naik pesawat, dan sebagai penumpang mendapatkan pengalaman yang memudahkan. Jika memang memudahkan, kenapa tidak di implementasikan di Tanjung Mas??

belajar itu tidak harus selalu dari buku2 yang tebal, dan meja ruang diklat. belajar itu juga bisa dari rasa
empati sesaat diri seandainya sebagai  hal lain, misal, sebagai penumpang lain.

Semoga, tidak lama lagi, pembayaran PAS sudah menyatu dengan tiket.  Karena bagi penumpang,  tidak penting pelabuhan itu menjadi pelabuhan internasional, kalo penumpang tetap tidak mendapatkan layanan yang murah, mudah, cepat dan berkualitas.

Selasa, 02 Oktober 2018

bandara adi soejipto dan pemotor

Yogya, kota budaya, kota pelajar. Kota impian anak muda untuk menggapai kehidupan yang lebih menjanjikan. Dan juga kota harapan bagi nayak pensiunan untuk mebikmati tentramnya hari tua.

Kali ini ada rasa nyesak saat harus meninggalkan yogya. Bukan karena belum bisa berlama2 disini. Tapi, karena saat memasuki kawasan bandara adi soejipto, terlihat jelas motor2 di stop tidak boleh sampai melewati rel, dan tidak biaa mendekati  pintu masuk,  layaknya mereka yang datang bermobil.

apa  karena pemotor membuat tidak indah bila mendekati pintu masuk??

apa karena mereka tampak tidak mencerminkan kemajuan peradaban hingga harus dilarang?

klo alasan keamanan, apakah mobil2 yang masuk juga diperiksa?

bukankah bandara juga mencerminkan pelayanan publik. Tapi, bagaimana mendesain pelayanan dengan tidak membeda2kan dari sisi jenis kedatangan transportasi.

klo ada ruang drop penumpang dengan mobil, kenapa tidak didesain juga ruang drop penumpang untuk pemotor? Seandainya, ada penumpang, dianter motor, bawa tas besar berat, dan kebetulan hujan. Apa tidak merepotkan pemotor.

seandainya, ada kereta kuda khas yogya datang, pasti tidak bisa masuk juga. jadi, tidak heran kalau kendaraan khas yogya akhirnya terpinggirkan. Bukan oleh kemajuan teknologi luar, tapi karena kebijakan sendiri.

Dan model kebijakan mengesampinkan pemotor itu sepertinya sudah biasa. Lihat saja di mall, kantor pemerintah, bahkan di OJK yang dekat lapangan banteng untuk pejalan kaki harus lewat jalur samping.  Dan sangat terkesan pejalan kaki dianggap tidak penting. Tapi entahlah....

Kembali ke bandara yogya....kalau memang benar2 kota budaya, amalkanlah memberi ruang untuk pejalan kaki, untuk pemotor. Jangan hanya memprioritaskan orang2 yang datang bermobil.

Kalau yogya saja belum bisa, apa daerah lain bisa?

Jumat, 28 September 2018

infrastruktur, kapitalis dan keadilan

bisnisbandung.com di halaman depan memberitakan dengan judul PEMPROV JABAR AKAN GENJOT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR, mantab.

kang emil dengan semangat menjelaskan bagaimana kedatangan pejabat Asian Development Bank (ADB) untuk  mendengarkan kebutuhan  infrastruktur jawa barat.

Daerah harus menyediakan pelayanan publik. termasuk didalamnya infrastruktur. Meskipun itu  harus dengan kerjasama. kerjasama dalam berbagai bentuk/model. Dan sudah banyak peraturan yang mengatur tentang kerjasama. Diantaranya kerjasama daerah,  PP 28/2018, juga ada perpres 38/2015.

Kebanyakan masyarakat akan memandang pelayanan itu sederhana sekali, mudah, murah dan cepat. Bahkan terkadang tidak banyak yang mempermasalahkan, siapa yang memberikan pelayanan. Daerah atau
swasta.

contoh sederhana, jika dulu, jalan merupakan tugas pemerintah dan daerah untuk menyediakannya, sekarang sudah dibuka jalan tol, produk kerjasama pemerintah dan swasta.

yang menjadi masalah adalah, apakah benar jalan tol tersebut murah? mudah? cepat?

Murahnya itu bisa diperdebatkan, tapi yang pasti harus akuntabel dan transparan. Masalahnya, benar gak tarif tol sekarang ini sudah akuntabel dan transparan? jika belum, maka wajar, jika sebagian masyarakat protes dengan tarif tol.

yang membingungkan, saat ada pejabat yang mengatakan, kalau tarif tol mahal, jangan lewat tol, lewat jalan biasa saja. Sepertinya beliau lupa, kalau saat pembebesan tanah untuk jalan tol tersebut, menggunakan UU 2/2012 tentang pengadaan tanah bagibpembangunan untuk kepentingan umum.

artinya, dengan UU tersebut ada "hak paksa" negara kepada masyarakat. artinya, dari awal saja, tanah tersebut sudah jelas untuk kepentingan umum. Dan masyarakat dipaksa untuk mengerti bawah peruntukkan tanahnya nanti untuk kepentingan umum.  Tapi kenapa setelah jalan tol beroperasi, seperti menjadi milik sendiri.

kembali ke judul, semoga kang emil bisa membangun infrastruktur, dengan tidak melupakan masyarakat, pemenuhan pelayanan publik dan keadilan sosial. Bukan sekedar ada jalan tol yang hanya akan menguntungkan pemodal besar (kapitalis) yang berlindung di lembaga2 keuangan serta sebagian kecil masyarakat.

--------
ditulis diatas kereta api argo parahyangan, sabtu, 07.37, tgl 29 september 2018.

Senin, 14 Mei 2018

Manejemen makam

Alhamdulillah, masih dikaruniai ikut menemui hari menjelang ramadhan. Dan bisa ziarah ke makam orang2 tua dan saudara. Ritual diantara cara untuk mendoakan, mengenang serta menjaga hubungan rohani dengan mereka.

Biasanya begitu masuk area pemakaman,  sudah mengalami banyak kesulitan. Tidak ada nya jalan setapak dalam area makam. Adakah ini ada kaitannya dengan kehidupan diakhirat sana? Entahlah.

Beberapa makam keluarga, ternyata sulit diingat, meski sudah diberi tanda dengan dibangunkannya nisan,  tidak ketinggalan dengan tanda berbentuk tulisan.  Karena beberapa nama dalam tanda nisan sudah mulai menghilang.

Masalah berikutnya, lupa makam siapa saja saudara yang akan kita doakan. Karena ada beberapa saudara dan kerabat di area pemakamam.  Dan yang lebih rumit, saat bertanya ke saudara, sedikit yang bisa digunakan untuk menjelaskan dan tanda dalam menunjukkan makam. Biasanya warna nisan, nama dalam nisan jika ada. Atau arah dan dekatnya dengan makamnya siapa.

Memang disetiap makam, ada penjaga ato juru kunci. Tapi jangan lupa, juri kunci juga tidak selalu ada di tempat. Dan terkadang dipegang oleh orang baru.

Sudah sewajarnya, jika saatnya diperlukan manejemen makam yang lebih bagus lagi. Sehingga dapat mendata semua makam dan keluarga, serta keterkaitan antar makam dan keluarga.

Misalnya, setiap ada warga meninggal, maka makam tersebut di beri tanda yang unik. Tanda unik itu maksudmya kodefikasi yang unik seperti nomer seri kendaraan. Atau kodefikasi dalam pengelolaan barang milik daerah. Ato model nomer induk pegawai.

Setelah di nisan makam di beri tanda unik khusus, maka  di buku administrasi dilengkapi dengan data utama orqng yang meninggal dan keluarga intinya. Jika memungkinkan keluarga besarnya.

Untuk mendapatkan data pokok tentu tidak terlalu sulit. Yang sulit adalah data keluarga besarnya.

Ketika masa ziarah kubur, kode unik bisa di berikan kepada saudara atau kerabat untuk menunjukkan, makam2 mana yang merupakan makam keluarga.

Dan selanjutnya, yang berziarah di harapkan ngisi buku administrasi, sehingga didapat data update, siapa mengunjungi makam siapa.

Dari data tersebut, dapat menjadi penghubung silsilah keluarga. Sebab seiring waktu, sangat mungkin telah ada kehilangan informasi dan silsilah keluarga.

Dari beberapa makam tradisional, sepertinya belum ada pemberian kodefikasi unik di setiap makam, dan juga administrasi data peziarah.

Dan sudah saatnya dinas yang ngurusin pakaman move on. Move on untukbyang lebih baik.

Sabtu, 12 Mei 2018

2 kali check in

Kalau anda berniat naik maskapai penerbangan, kemudian ada fasilitas web check in, pasti lebih menarik. Kenapa? Karena bisa pesen seat dan tidak perlu antri check in dan bisa datang agak diakhir waktu boarding pesawat.

Selain itu, beberapa maskapai juga melengkapi dengan mesin check in. Apa bedanya web check in dengan mesin check in yang di bandara? Klo soal antrinya  pake web dan  mesin check in lebih jauh lebih bagusbdari pada check konvensional. Kalau mesin check in tidak begitu antri dan langsung bisa masuk ruang tunggu, tetapi tetap harus datang sesuai jadwal.

Kalau web check di maskapai B air, ternyata tetap harus antri  untuk cetak lembar kertas bukti check in. Jadi apa manfaat web check in? Ternyata sejauh ini hanya untuk pesen seat saja. Bukankah toh akhirnya harus antri.

Apakah antrinya di beri lajur khusus? Ya, hanya satu lajur dan digabung dengan web chek in drop baggage. Kalau sudah begitu apa banyak mudahnya dalam antrian itu? Yang pasti tidak, karena akan lebih lama.

Artinya, web check in di maskapai B tidak banyak manfaatnya. Hanya pesen seat, tapi tetap antri chek in. Dan antrinya sama aja dengan yang lain.

Kenapa teknologi web check ini tidak di gabung dengan:
1. Check in khusus web check tanpa drop baggage. Atau;
2. mesin check in yang berfungsi hanya untuk cetak. Kalau ingat PT KAI, kita harus acungin jempol dengan kemajuan teknologi mereka. Karena di PT KAI, pesen seat saat beli tiket, pake mesin check in tinggal cetak. Selesai. Bahkan mesin mereka mampu baca barcode.

Kalau sudah web check in,.tapi tetap harus antri check in biasa, terus iki piye?

Senin, 16 April 2018

Magnet politik

Poltik telah mendominasi hampir semua sendi kehidupan bangsa ini, semakin mendekati pilpres 2019, semakin kuat dominasinya terhadap bidang lainnya.

Betapa harus berhati2nya sekarang ini untuk menjadi pembicara. Apalagi bidang keagamaan. Bukankah tokoh agama perlu menegaskan kebenaran disaat berceramah didalam kelompoknya, meski  terkadang harus membandingkan dengan agama lain. Karena itu bagian dari dialektika, meski terbatas dalam kelompokknya. Apa jadinya, jika dialektika tersebut direkam, dan dilihat dalam konteks yang berbeda? Kalau momen awalnya terjadi dialektika dalam tempat ibadah, kemudian diputar ulang dalam suasana warung kopi. Apakah dialektika tersebut masih mempunyai makna yang sama?

Sama halnya saat kita selfie mesra dengan istri, dalam batasan penghilatan keluarga kita hal biasa, bahkan menjadi indah. Tapi belum tentu saat foto tersebut dilihat banyak orang. Pasti akan berbeda arti.

Tapi, ini berbeda dengan cerita kaos oblong. Karena yang memakai kaos oblong orangnya sendiri. Saat kita memakai kaos oblong di keluarga, dan lingkungan sendiri, itu menjadi hal biasa, tidak merendahkan hak orang lain, karena memang biasanya memang begitu. Tapi, jika kita memakai kaos oblong di tempat pesta kawan, pastilah akan dianggap tidak menghormati, bahkan merendahkan momen pesta teraebut.

Yang menjadi pertanyaan adalah pesan itu awalnya untuk momen apa? Dan selanjutnya berubah untuk momen apa?  Apakah teks masih memiliki arti yang sama ketika sudah berbeda konteks?

Dan itulah kejadian dalam dunia medsos sekarang ini. Tulisan, gambar telah berubah ke konteks politik praktis. Dimana sekarang ini, politik praktis cenderung kurang etik. Meninggikan bendera sendiri dengan menurunkan bendera orang lain.

Minggu, 15 April 2018

Sampah politik

Suatu industri pasti akan menyisakan sampah.  Tidak terkecuali industri politik.
Politisi kekayaan utamanya memang kekuasaan. Pedagang, kekuasaan terbesarnya adalah uang atau modal.
Apa jadinya saat politisi juga seorang pedagang?

Saat politisi telah menyatu dengan kapitatalis, maka kecepatan kapitalisme dan liberalisme telah dimulai dengan full speed. saat mereka menyatu dengan kekuatan full, maka akan menyisakan sampah yang banyak pula. Siapa yang membersihkan sampah politik mereka?

Esensi pendidikan adalah adanya kebebasan, karena kebebasan akan memunculkan dan menumbuhkan kreatifitas. Jadi,  wujud kemerdekaan negara yang esensi adalah adanya kebebasan untuk berpikir dan berpendapat.

Apa kaitanya sampah politik dengan kebebasan??

Dalam bidang politik, beberapa politisi pemilik tivi, mereka seperti memaksakan kebenaran, mereka mau memonopoli kebenaran demi kepentingan politik mereka. Politisi2 dengan mudahnya mengotori langit frekuensi tivi, frekuensi tivi seperti milik mereka sendiri. Tivi sering melakukan tivu2.

Mereka lupa, frekuensi itu milik publik. Dan akhirnya masyarakatpun menjadi biasa saat sampah2 tersebut ada disekitar.

bahkan politisipun, dengan sengaja mengotori medsos, akhirnya banyak orang merasa enggan bermedsos. Dan keengganan timbul bisa jadi karena adanya kecemasan.

Kecemasan  terbesar atas dampak politik adalah sedikit2 terkena pasal ITE. Apalagi pasal perbuatan tidak menyenangkan. Apakah kita hidup ini harus menjadi pemuas orang lain? Bisa "menyenangkan" semua orang?

Jadi,  pasal perbuatan tidak menyenangkan hanya menguntungkan orang2 yang senang berurusan dengan pengadilan formal, bukan pengadilan sosial. Artinya akan menguntungkan orang2 kaya yang mampu membayar lawyer, mampu mengatur peradilan.

akhirmya masyarakatpun mulai merasakan kecemasan, dan itu sudah mulai  tampak. Kecemasan dampak dari politik ala Macvealli.

Bagaimana menjadi bangsa yang adiluhung, jika masyarakatnya selalu dihinggapi dengan rasa cemas, was2, bahkan rasa takut.

karena kecemasan itu membunuh kecerdasan