Rabu, 14 Oktober 2015

Jamu, minuman kesehatan dan minuman berenergi

Banyak sekali jenis dan manfaat jamu tradisional yang masih ada, tapi sayang sekali, jamu tradisional tersebut belum bisa menguasai pasar di negeri sendiri, misalnya jamu tradisional yang dekat dengan sekitar kita, seperti beras kencur, kunyit, asam dan temu lawak.

Apalagi jika dibandingkan dengan perkembangan minuman kesehatan yang dikemas dalam dengan teknologi modern, dengan kemasan yang mewah, warna yang yang menarik, dan penyajian yang menggoda, maka jamu tradisional masih sangat jauh ketinggalan. Hal ini bisa dilihat dengan mudah di minimarket2 disekitar lingkungan kita, begitu masuk ke minimarket maka akan ada lemari pendingin dengan isi berbagai minuman modern.

Adakah jamu tradisional dalam display mereka? Memang ada, tapi dari sisi jenis dan jumlah tidak sebanding, dan dari sisi tata letak penyajian juga masih sangat tertinggal.

Mengapa jamu tradisional jauh tertinggal dengan minuman modern? Hal ini karena::

Pertama, karena kebijakan pemerintah dan daerah belum fokus untuk memberikan dukungan pada jamu tradisional. Misalnya, kebijakan agar rumah makan, restoran dan hotel untuk wajib selalu menyajikan dan menyediakan minuman dari jamu tradiaional tersebut.

Sebenarnya sangat memungkinkan jika pemda mau memberikan insentif pajak. Khususnya pajak rumah makan, untuk minuman jamu tradisional tidak perlu dikenai/ dikurangi pajak daerahnya.

Kedua, dukungan dari pengusaha yang belum optimal untuk ikut memperkenalkan jamu tradisional tersebut. Bisa dilihat di beberapa hotel, welcome drink biasanya minuman sari buah. Bahkan terkadang buah produk asing. Meskipun, beberapa hotel untuk pagi hari biasanya sudah menyiapkan jamu tradisional dalam menu sarapan pagi untuk mendampingi nasi goreng yang selalu tersaji.

Ketiga, belum banyak dukungan dari perguruan tinggi dan lembaga peneliti untuk melakukan penelitian terhadap jamu tradisional, dengan harapan dapat menyajikan dan mengolah jamu tradisional menjadi lebih berkualitas, mudah disajikan, tahan lama dan menarik dalam penyajian.

Hal ini akan menjadi modal utama, dalam meningkatkan nilai jual jamu2 tersebut. Misalnya, bahwa berdasarkan penelitian perguruan tinggi tertentu, maka jamu2 tersebut memiliki manfaat tertentu. Hal ini pasti akan menjadi faktor minat untuk mengkonsumsi.

Bandingkan dengan tingkat konsumsi minuman air putih yang diberi warna dan dikemas menarik, kemudian diiklankan, dengan janji memiliki manfaat kesehatan dan penambah energi, apalagi selalu ditampilkan dilemari pendingin di minimarket.

Keempat, dukungan industri kemasan, sepertinya masih jauh dari meyakinkan dan menarik, dan memudahkan, sehingga hal ini mengurangi minat masyarakat dalam mengkonsumsi.

Kelima, persepsi jamu tradisional harus diubah, dari jamu sebagai obat, ke jamu sebagai minuman penyegar, penjaga stamina.

Banggalah dengan hasil bumi dari Indonesia, banggalah dengan produksi anak  bangsa sendiri.....yakinlah dengan manfaat olahan ramuan sendiri...

Selasa, 13 Oktober 2015

Berkaca di HP

Kalau sekarang ini banyak orang berjaket hijau, duduk diatas motor sambil melihat hp bukan merupakan kejadian aneh di jakarta, bisa jadi di beberapa kota besar lainnya juga akan menyusul. Ya, mereka adalah go-jek, pengojek dari perusahaan start up yang lagi naik pamor. Wajar mereka sedikit2 melihat hp, karena berharap akan ada orderan penumpang.

Tapi sekarang ini sudah biasa melihat orang bercermin ke hp. Awalnya hanya selfie pake kamera depan hp. Tapi, kebiasaan selfie ini sudah menjadi jauh lebih sering, seirama kebiasaan berkaca untuk berdandan. Bahkan yang sering hanya selfie aja, dan hasilnya sebagai ganti berkaca,  tanpa berdandan dulu.

Mungkin, evolusi hp tidak diprediksi secepat ini perubahannya, bahkan bisa jadi tidak diprediksi kalau hp akhirnya menjadi alat berkaca dan berdandan. Hp memang sudah banyak berubah, dari alat komunikasi yang dahulu selalu menempel di telinga, sekarang telah berubah, meskioun hp sebagian masih sebagai alat komunikasi, meski posisinya sudah berpindah  di depan wajah/muka, lebih tepat di depan mata, bukan di telinga lagi.

Sudah biasa terlihat, begitu masuk restoran, yang dilakukan terlebih dahulu nyalakan  hp, selfie dan langsung lihat hasilnya, jika belum puas, berdandan ala kadarnya, minimal merubah gaya dan posisi, lanjut selfie lagi.

Hidup ini pilihan....tidak memilihpun itu suatu pilihan. Memilih hp dgn screen hitam putih, dua baris, atau hp yang smart, tentukan "kebutuhan" anda, jangan hanya menuruti "keinginan".

Jogya Istimewa

Sudah banyak pemimpin bangsa ini dilahirkan di jogya, atau hanya besar dan sekolah di jogya, bahkan setelah menjadi pemimpin pengin menikmati masa pensiun nantinya di jogya. Jogya memang istimewa. Mengapa?

Jika dikaitkan dengan urusan pendidikan, jogya tidak ada duanya (tagline toyota kijang). Banyak sekolah dan perguruan tinggi/kampus, apalagi mahasiswa pendatang. Kedatangan mereka bagi penduduk asli bisa jadi rizki ato sebaliknya.

Jika dikaitkan dengan budaya, jogya memang kota budaya. Banyak perilaku warga yang mencerminkan budaya kemanusiaan yang adi luhung. Yang jarang ditemukan di daerah2 lainnya. Bagaimana kesederhanaan, kelembutan, kesopanan dan kejujuran serta suka menolong dalam keseharian warga jogya.

Jika dikaitkan dengan perjuangan Indonesia merdeka, pengorbanan para pemimpin jogya, HB IX dan rakyat jogya pada masa  kemerdekaan dan awal kemerdekaan sungguh luar biasa.

Jika dikaitkan dengan budaya shoping, menjadi hal yang menarik. Didaerah lain, shoping itu akan diartikan sebagai kebiasaan belanja di mall untuk membeli baju, tas, dan aksesoris lainnya. Tapi di jogya beda sekali, shoping itu belanja buku. Meski ada beberapa tempat pertokoan buku di jogya, tapi semua memiliki kebiasaan yang sama.

Diantara shoping buku yang ada, shoping buku didekat taman pintar merupakan yang paling lengkap bahkan terbesar di indonesia, dan terasa nyaman. Meski dikota2 besar, seperti solo dekat manahan, jakarta di kwitang dan senin, bandung dengan palasarinya, surabaya,  juga ada shoping buku, tapi tidak sebesar dan sebanyak jogya. Untum kenyaman juga, jika kita datang hanya untuk melihat2 bukupun terasa nyaman, karena tidak terkesan dipaksa2 atau ditawarin oleh seseorang.

Jika dikaitkan dengan wisata kuliner, yogya terkenal dengan makanan khasnya,  gudeg. Meski lebih dominan rasa manis tapi tetap untuk rasa pedas ada pilihannya dengan cabe2nya yang utuh. Dan yang lebih menarik lagi adalah, warung angkringan, warung kecil yang menjual nasi dengan porsi kecil, bahkan sangat kecil, dengan berbagai lauk dengan porsi kecil atau eceran serta dengan ciri khasnya 3 teko diatas tungku bara arang, membuat warung angkringan identik dengan jogya.

Masih banyak yang lainnya, kalau  jogya istimewa. Silahkan datang dan berkunjung ke Jogya Istimewa.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Pasal 33 ayat (3) UUD NKI, asap kebakaran hutan dan siaran TV

Pasal 33 ayat (3) UUD NKI menyatakan Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Apa karena Pasal 33 tidak bicara tentang langit dan angkasa indonesia, sehingga asap kebakaran hutan boleh bebas memenuhi sampai ke pelosok2 daerah sehingga masyarakat sulit menghirup udara sehat, begitu juga dengan kebanyakan siaran TV yang semakin menjangkau daerah2, tetapi kurang mendidik, bahkan cenderung membahayakan masyarakat,  akhirnya terasa sekali masyarakat kehilangan ruang publik dilangit dan angkasa didaerah mereka.

#edisiPusing.

Jabatan struktural dan jabatan fungsional

Dalam prakteknya beberapa kondisi relasi jabatan struktural dlm lembaga/organisasi K/L/Pemda dan jabatan fungsional:
1. Ada jabatan struktural dan ada jabatan fungsional, dan hubungan mereka sudah terbina baik.
2. Ada jabatan struktural dan ada jabatan fungsional, tapi hubungan mereka belum baik. Artinya, menjadi fungsional masih belum menjadi pilihan, lebih kepada karena tidak ada pilihan.
3. Ada jabatan struktural dan tidak ada jabatan fungsional. Hal ini masih banyak di K/L/Pemda. Artinya belum ada sama sekali jabatan fungsional. Jd organisasi tersebut masih mengandalkan struktur, dan belum ada fungsionalnya sama sekali.

Point 2 dan 3 harus mendapat perhatian dalam pengembangan organisasi kedepan. Pemerintah perlu melakukan revolusi mental, sehingga jabatan fungsional itu menjadi prioritas dalam pilihan karier.

Jika tidak, pejabat struktural sulit untuk profesional. Karena dalam waktu bersamaan, harus mengerjakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan, administrasi lainnya dan ini membutuhkan banyak energi, sehingga energi untuk melaksanakan tupoksi utama dari sisi substansi sudah jauh berkurang. Sehingga substansi tupoksi utama menjadi kurang fokus dalam pelaksanaannya.

Jumat, 02 Oktober 2015

Organisasi dan fungsional Kementerian/Lembaga/Daerah

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan, setiap pergantian kepala pemerintahan maka organisasi K/L juga berubah. Hal yang sama juga di daerah jika terjadi pergantian kepala daerah, biasanya organisasi juga berubah, minimal para pejabatnya.

Pelaksanaan TA 2015 untuk dibpemerintahan pusat,  baru berjalan full speed sekitar bulan Juni, salah satu sebab diantaranya adalah menunggu selesainya perubahan organisasi atau kelembagaan di K/L.

Ternyata perubahan kelembagaan di K/L masih fokus di penguatan pada strukturalnya, belum banyak yang membahas kelembagaan yang menekankan untuk penambahan jabatan fungsional.

Untuk lebih mudahnya,  perhatikan struktur K/L, yang di ubah2 adalah strukturnya. Artinya akan ada penambahan, pengurangan atau perubahan struktur es 1, 2, 3, 4. Tapi belum menfokuskan bagaimana pejabat2 fungsional agar semakin berkembang dan kuat.

Selama ini memang sudah banyak K/L yang menerapkan adanya pejabat fungsional, seperti tenaga medis di kemenkes, tenaga pendidik di kemendibud, peneliti di LIPI, dan masih banyak lagi fungsional di K/L.

Tertapi dari pertumbuhan dan penguatan fungsional dari sebelum2nya kurang mendaptkan perhatian. Misalnya, hampir semua es 1 memiliki fungsi perencanaan, tapi belum banyak K/L yang telah mengembangkan "fungsional perencana". Sehingga yang terjadi saat ini banyak pegawai ASN yang menginginkan menjadi pejabat struktural.

Hal yang sama dibidang lainnya. Misalnya, belum berkembangnya fungsional analis kebijakan keuangan daetah, analis kebijakan BUMD, analis kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), analis kebijakan perencanaan daerah, analis kebijakan perekonomian daerah, dan masih banyak lagi yang bisa dikembangkan.

Untuk memudahkan penjelasan ini misalnya, bidang kesehatan, jika penekanannya pada struktur, maka akan dibentuk struktur yang banyak untuk ngurusin kesehatan tersebut, sehingga akan ada pejabat struktural yang harus diangkat.

Tapi jika yang dikembangkan pejabat fungsionalnya, maka yang dikembangkan adalah fungsional tenaga medis, baik jenis maupun jumlahnya. Maka dengan struktur yang ramping, tinggal menambah tenaga medis yang sesuai dengan fungsionalnya tersebut. Jika belum bisa memenuhi pekerjaan, tinggal menambahkan pejabat fungsionalnya saja. Hal ini yang disebut dengan ramping struktur kaya fungsi.

Hal ini jika diterapkan di semua bidang, maka akan menjadi banyak ahli yang sesuai dengan bidangnya. Sehingga tidak akan rebutan menjadi pejabat struktural. Permasalahannya adalah, bagaimana mendesain jabatan fungsional itu lebih menarik, menyenangkan dan menjamin karier. Jika ini berhasil, dari pemerintah dan pegawai akan sama2 menguntungkan.

Mengapa menjadi pejabat fungsional kurang menarik?
1. Belum semua jabatan fungsional disediakan.
2. Belum semua jabatan fungsional, pembianaanya bagus.
3. Menjadi pejabat fungsional terkesan menjadi bawahan struktural.
4. Menjadi pejabat fungsional kurang prestise di masyarakat
5. Dari sisi kesejahteraan, jenjang karier, pengembangan kemampuan, sarana kerja kurang mendapat perhatian.
6. Dll.

Dengan kondisi adanya ketakutan para pejabat dalam mengelola uang akan implikasi hukum,  jabatan fungsional seharusnya menjadi pilihan yang menarik, selain karena alasan daripada pensiun.

Organisasi pemerintah maupun pemda, jika desainnya dan pelaksanaannya tidak dipaksa untuk menuju ke jabatan fungsional, maka yang terjadi akan banyak pegawai yang berkompeten, karena tidak kebagian jabatan struktural akan malas bekerja, atau bahkan keluar dari organisasi.

Perlu ada penilitian lebih lanjut, mengapa kebanyakan pegawai ASN senang ke struktural dibandingkan dengan fungsional.  Dan yang pasti itu membutuhkan revolusi mental.