Sabtu, 02 Juli 2016

Syariat Islam, budaya arab dan budaya nusantara

Selalu menjadi perdebatan, apakah sesuatu itu termasuk aturan/syariat islam, apakah termasuk budaya arab (termasuk budaya non arab yang masuk ke arab), apakah termasuk budaya asli nusantara ini.

Ketika lebaran, di bumi nusantara ini ada namanya halal bi halal. Apakah satu kalimat ini ada di arab saudi? Tidak ada. Klo hanya kata "halal" memang ada, tapi kalau satu kalimat "halal bi halal" tidak ada. Tapi apakah kalau tidak ada di arab saudi, tempat lahirnya islam, terus apa melanggar syariat islam? Esensi dari halal bi halal itu saling memaafkan, yang secara fisik biasanya diikuti dengan bersalam2an.

Ketika lebaran, mungkin hanya di indonesia yang ada tradisi "mudik". Suatu kebiasaan  pulang ke kampung, ke tempat orang tua, atau ke orang yang kita tuakan. Esensi dari mudik adalah bersilaturahmi kesanak family dan teman2. Apakah mudik ini anjuran islam? Budaya arab? Atau hanya sebatas budaya lokal? Apakah ini melanggar syariat islam?

Saat lebaran, banyak daerah memiliki tradisi membuat ketupat, bahkan ada yang menyebut lebaran ketupat.  Bukankah ketupat itu hanya makanan yang terbuat dari beras dengan bungkus janur (daun muda pohon kelapa), jika selanjutnya menjadi kebiasaan masyarakat yang cerdas memanfaatkan alam sekitar untuk di buat makanan, apakah itu menyalahi aturan?

Perlu diingat kenapa orang tua dahulu mengajarkan dan membiasakan membuat ketupat? Diantaranya karena ketupat itu bisa tahan lama dibandingkan dengan makanan nasi biasa. Sama halnya, di padang, saat lebaran, banyak masyarakat akan membuat rendang, karena rendang makanan yang tahan lama. Artinya, ketika lebaran, ketika banyak saudara berkunjung, jangan sampai tuan rumah dalam menyajikan makanan kelihatan  repot dan sibuk, karena tentu saja akan membuat tamu tidak enak.

Bukankah jika sudah membuat ketupat dan rendang, maka dalam 2-3 hari lebaran tidak perlu repot masak ketika ada saudara kerabat yang berkunjung. Apakah membuat ketupat ini budaya arab? Apakah hal ini melanggar syariat islam?

Tetapi jika sekarang, banyak masyarakat ketika menyambut tamu lebaran dengan membuat kue kering, bahkan selalu pesan/membeli makanan beratyang cepat saji, seperti pizza (yang asli paman sam), KFC, burger, apa itu juga menyalahi aturan? Jadi apa esensi dari penyediaan makanan ketika menyambut sanak saudara kerabat ketika lebaran? Memuliakan tamu. Apakah esensi itu menyalahi syariat islam?.

Sarung, siapa tidak mengenal sarung, bahkan dalam bahasa inggris, sarung tetap sarung. Karena memang sarung itu khas indonesia. Banyak hal kelebihan kain yang berbentuk sarung di bandingkan dengan yang lain. Termasuk jika dibandingkan dengan celana panjang. Apakah ketika umat islam indonesia sholat menggunakan sarung itu tidak sesuai syariat islam? Apalagi sarung bukan budaya orang2 arab, yang pasti nabi muhammad tidak pernah mengenakan sarung, tapi mengenakan jubah. Karena budaya pakaian arab itu menggunakan jubah. Memang betul nabi muhammad menggunakan jubah, tetapi bukankah abu jahal dan abu lahab juga menggunakan jubah? Apa beda jubah mereka dengan junjungan nabi muhammad? Sementara sebagian muslim indonesia sudah mulai membiasakan diri dengan mengenakan jubah, apalagi kalau baru seminggua pulang haji atau sepulang umroh.

Kalau sebagian muslim indonesia, sudah mulai mengarabkan budaya indonesia, seolah2 kalau sudah membiasakan budaya arab, sudah melaksanakan syariat islam. Terus apa syariat islam itu sama dengan budaya arab? Kalau budaya nusantara tidak sesuai dengan budaya arab, apakah pasti bertentangan dengan syariat islam?

Jika sudah mulai tumbuh kelompok2 tertentu, sering menyalahkan orang muslim lain karena tidak sesuai dan tidak ada di arab sana, terus iki piye?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar