Sabtu, 19 Agustus 2017

Dasyatnya kekuatan gabungan kamera dan tulisan

Gambar lebih berarti dari 1000 kata.

Dan bagaimana jika gambar digabung dengan tulisan?

Jika dahulu era kamera masih jarang, tulisanlah alat untuk menceritakan objek dalam ruang dan waktu.

Sudah terbiasa, sekarang ini terdapat gambar yang dihasilkan dari perspektif dan sudut pandang yang berbeda2. Jika pengambilan 1 objek dan/atau peristiwa dahulu  dengan banyak kamera hanya bisa dilakukan oleh studio profesional, saat ini sudah banyak orang yang dapat melakukan.

Hampir semua hp sudah ada kamera, bahkan sudah banyak kamera didesain menempel pada satu objek tertentu yang sering digunakan sebagai alat beraktivitas, misal, kamera dalam notebook dan kamera dalam mobil dan rumah.

Hal yang menarik, perkembangan drone, dengan menggambungkan kamera dengan benda terbang ini memungkinkan pengambilan gambar dari sudut pandang yang tidak biasa dilakukan oleh orang biasa, dari posisi atas. Dan pengambilan gambar dari sudut pandang yang lebih tinggi, mengesankan suatu objek yang sudah banyak menjadi semakin banyak.

Maka sekarang ini, pengabadian peristiwa/kejadian akhirnya sering dengan gambar, bukan sekedar tulisan saja.  Namum karena gambar belum dapat mengungkapkan semua dan tidak mudah juga membacanya, maka masih tetap saja dibutuhkan tulisan pada gambar2 tersebut.

Misalnya dalam pengambilan gambar pada lokus yabg sempit dan jarang, maka perlu penjelasan tambahan. Dan juga  karena waktu kejadian yang tidak bisa dilihat, perlu ditambahkan tulisan.

Dan untuk itu, tidak heran jika sekarang banyak gambar disertai dengan tulisan pada kertas dengan informasi tempat dan waktu kejadian. Atau sekedar tulisan biasa yang dihasilkan dengan teknologi digital.

Padahal, gambar dengan tulisan semacam itu dahulu biasanya adanya pada gambar di kepolisian. Foto orang2 yang sedang diperiksa. Ternyata ide bagus yang dicontoh tidak selalu dari peristiwa menyenangkan, namun kejadian memilukan.

Kedepan, jangan heran, bila akhirnya kita juga akan terbiasa ikut2an menginformasikan gambar disertai tulisan tertentu.

Dan paling tidak, dialektika akan terjadi tidak dengan vocal langsung, tapi dengan tulisan dalam gambar  dan itu mampu disampaikan seabadi gambar itu sendiri.

Maka, belajar menulis itu menjadi sangat penting. Dan mengambil gambar itu juga sangat penting. Tapi, siapkah kita2 mengikuti perubahan produksi gambar dan tulisan yang begitu cepat?

Dan yang lebih mengkwatirkan adalah kekeliruan dalam membaca gambar dan/atau tulisan.  Banyak gambar, bahkan gambar salah ditambahkan dengan produksi tulisan yang keliru, bahkan cenderung sengaja untuk menyesatkan gambar itu.

Jadi, akan terdapat 4 kemungkinan:
1. Gambar benar dengan tulisan benar
2. Gambar benar dengan tulisan salah
3. Gambar salah (edited)  dengan tulisan benar
4. Gambar salah (edited) dengan tulisan salah.

Perhatikan gambar peristiwa kemanusiaan rohingnya yang beredar, BEBERAPA gambar tersebut dari peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan tragedi kemanusiaan rohingnya september 2017, artinya ada sebagian gambar itu yang hoax.

Yang menyedihkan, penyesatan tulisan2 dan/atau gambar sulit di cek kebenarannnya. Klo sudah begini, terus ikipiye?

Modal bernegara : budaya (4)


Sebenarnya, budaya bangsa indonesia sangat tinggi nilainya, bahkan melampaui paman sam, aussie apalagi singgapur. Kalau negara2 tersebut sekarang ini tampak hebat dengan teknologinya, itu lebih menggambarkan dalam berkemajuan teknologi, bukan dalam berkemajuan dalam peradaban.

Jaman dahulu leluhur bangsa ini sudah mampu:
1. Menulis, dan itu dalam rangkaian bahasa yang indah dan penuh pesan yang tersurat dan tersirat, misal peninggalan kitab2 atau buku2 diantaranya kitab negara kertagama, sutasuma dll. Dan yang lebih hebat lagi memiliki huruf dan bahasa sendiri, dan dalam berbahasapun sudah memiliki kekayaan kosakata yang luar biasa.
2. Pemberian gelar untuk orang2 yang berilmu, seperti Ki Hajar bagi orang yang memiliki ilmu oengajaran atau guri, Ki Manteb untuk orang berilmu di bidang seni, budaya, Empu untuk orang yang memiliki keahlian tertentu, dll2.
3. Perhitungan waktu, jaman dahulu sudah ada model kalender tersendiri, tidak banyak negara memiliki kalender sendiri.
4. Kitab primbon, suatu kitab yang mendasarkan dari kebiasaan2 orang, alam semesta dan seluruh isinya, dari kebiasaan akan menjadi perkiraan yang akan terjadi selanjutnya, sehingga terkesan kitab primbon berisi ilmu ramal, padahal lebih pada ilmu titen. Ilmu titen sekarang ini mirip dengan pendekatatan deduktif, dari data yang ada, ditarik kesimpulan. Dari kesimpulan itulah yang digunakan dasar untuk memperkirakan kejadian2 berikutnya, atau ramalan.
5. Pakaian, lihatlah pakaian raja2 jawa, dan juga pangeran diponegoro, sudah menggambarkan kemajuan yang sangat tinggi.
6. Prambanan dan borobudur, dapat dibaca dengan mudah dan jelas keilmuan orang2 jaman dahulu dalam membuat candi2 tersebut. Mengapa? Karena untuk bisa membuat hal tersebut dibutuhkan ilmu matematika, fisika, seni dan arsitek, dll.
7. Dalam beragama, manusia jawa itu terkenal paling toleran, borobudur dan prambanan adalah bukti nyata. Tapi sekarang ini, dikesankan pribumi intoleran.
8. Menemukan kebahagian,  dan letaknya bukan di materiil, bandingkan dengan negara2 sekuler, yang masih berkutat pada paham materilisme. Mereka masih sibuk dengan panca indera, belum bisa menangkap dan mwrasakan yang tidak terlihat.
9. Menjaga alam. Konsep menjaga kelestarian alam semesta untuk anak cucu, suatu filosofi hidup yang luar biasa, tidak mengeploitasi demi kesenangan sesaat generasi yang sekarang, tapi sudah memperkirakan bagaimana kebutuhan anak cucu. Lihatlah paman sam yang sibuk memgambil, memaksa bahkan merampok kekayaan alam negara2 lain, tanpa memperkirakan yang terjadi selanjutnya.
10. ......yang selanjutnya silahkan pikirkan lagi.

Selain itu, beberapa kebiasaan dan sudah menjadi budaya yang luar biasa seperti,  banyak kampung2 dahulu menyediakan air minum gratis didepan rumah, di pinggir jalan, diperuntukkan bagi yang membutuhkan, terutama orang2 dalam perjalanan, mereka tidak mengedepankan transaksi, tapi pendekatan kemanusiaan.

Bandingkan dengan era sekarang ini, sebagian besar sekarang ini di transaksikan. Orang2 yang memiliki keahlian pendidikan, kesehatan dll, dahulu tidak memasang tarif, tapi sekarang selalu pasang tarif. Transaksi.

Masih tidak percayakah dengan keluhuran dan kekayaan budaya nenek moyang kita??

Modal bernegara : modal sosial (3)


Banyak yang melupakan terkait dengan modal sosial, seringkali dianggap tidak penting, padahal modal sosial itu merupakan awal dan akhir dalam bernegara.

Dalam pancasila, 4 sila dengan eksplisit terkait langsung dengan modal sosial, hanya sila kesatu yang mendekati ke budaya, tapi tetap terkait dengan modal sosial.

Apa ukuran modal sosial suatu bangsa agar bisa tetap dapat melanjutkan dan mewujudkan dalam berbangsa?

Penulis terkenal terkait modal sosial adalah francis fukuyama, keturunan jepang tinggal di paman sam. Francis fukuyama menekankan pada segala sesuatu yang membuat masyarakat berhimpun untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi.

Perbedaan dengan modal manusia yaitu segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada Modal Sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dan antarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antarsesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

#modal sosial politisi

Dalam era saat ini, bagaimana aktor politik politik di pusat dan daerah terasa banyak sekali bajunya, dan begitu mudah ganti baju dan penampilan. Sepertinya tidak ada masalah dengan hal tersebut.

Terkadang perubahan baju dan peran lebih terasa sebagai aktor film daripada aktor politik. Hemmm...

Dan tentu saja menjadi pertanyaan, adakah perubahan baju itu tetap terikat dengan nilai2 dasar berbangsa dan bernegara? Seberapa nilai2 itu dapat dipertahankan? 

Apakah perubahan baju politisi diikat dengan persamaan ideologi, persamaan visi misi, atau persamaan lainnya? Jangan2 berhimpun hanya karena kepentingan kekuasaan dan ekonomi semata.

#modal sosial agamawan

Ulama, kiai, ustad, pendeta, dan tokoh agama lainnya sebagian sudah mulai senang dan sering untuk mencari2 kesalahan urusan pribadi yang bukan kelompokknya, bukan saling menutupi. Tampaknya, arah penglihatan nilai2 kemanusian sudah berkurang, tergantikan dengan pembenaran atas kelompoknya.

Betapa miris, ribuan ulama islam dengan kemampuan dan kecerdasan akademik yang baik, tetapi kurang mampu menerapkan dalam kehidupan sosial, cenderung merasa benar sendiri, hubungan dengan umat lainnya hanya dinilai dari kepatuhan mereka kepada tokoh pemuka mereka sendiri. Bahkan jika ada yang tidak patuh, dinyatakan sesat. Mungkin mereka sudah pegang kunci surga.

#modal sosial enterpreuner

Sebagian besar pengusaha dengan ketamakannya seperti sudah tidak mau dan mampu membela saudaranya setanah air, yang terjadi justru menumpuk kekayaan sendiri, lebih senang kaya dengan memajukan asing dan aseng, bahkan bila perlu menghancurkan pengusaha boemi putera tidak ada masalah.

Semakin sulit menemukan relasi saling percaya yang kuat antara konglomerat, pengusaha dan UKM diantara warga indonesia. Hal ini mulai tampak ketika pak harto mengumpulkan konglomerat di Tapos. Diantara pengusaha sekarang ini selalu diihubungkan dengan relasi transaksi semata, untung rugi diri dan kelompok.

#modal sosial birokrasi

Bagaimana dengan birokrasi? Dan kepercayaan relasi didalamnya? Posisi APH yang jauh dominan dengan komisi ombusman menjadi birokrasi semakin was2, kwatir bahkan terkesan ketakutan, karena saat ada laporan maka muncullah telah diduga terjadi kerugian keuangan negara/daerah/desa, selanjutnya merembet ke "dan turut serta", bahkan ke ranah pencucian uang. Sebentar lagi akan mengikat masuk ke pidana pajak.

Hal ini mungkin karena lebih dominannya tindakan APH daripada pencegahan dalam pengawasan pelaksanaan pelayanan publik oleh komisi ombusdman. Ditambah dengan relasi kepala daerah yang DNA politisi dengam birokrasi sering belum ada kesamaan visi, misi,  dan metode untuk mewujudkannya.

#modal sosial masyarakat biasa.

Hal menarik dalam 2 tahun terakhir adalah tumbuhnya ormas2 yang seragamnya menyerupai seragam milik TNI. Jika dilihat sekilas, pasti masyarakat awan akan mengira itu TNI.

Ditambah dengan ormas berbasiskan kedaerahan mulai muncul dengan penguatan emosi lokalitas, tanpa didasari dengan penguatan emosi kebangsaan, semakin menggerus nilai2 Bhinneka.

Kaum nahdliyin terbiasa membentuk kumpulan tahlilan, dari situ akan ada turunan aktivitas bersama lainnya, seperti semaan al quran, ziarah makam wali, atau pengajian bulanan. Tapi beberapa kelompok lainnya dengan tanpa henti berteriak bid'ah, syirik, dll, seolah mereka sudah pegang kunci surga.

#langkah strategis
Perlu peningkatan pemahaman bersama kepada seluruh politisi, tokoh agama, pengusaha, birokrasi, ormas terkait pentingnya modal sosial, jika sudah memahami, perlu komitmen untuk mengatur kebersamaan irama gerak langkah untuk mencapai tujuan bersama.

Artinya, manusianya perlu iqra dan mengendalikan nafsu.

(Berlanjut)...

#minggu, 20 Agustus 2017, resto allseason gajah mada, jakarta.

Jumat, 18 Agustus 2017

Modal bernegara: modal ekonomi (2)

Modal bernegara yaitu politik, ekonomi, selanjutnya sosial dan budaya.

Kekuatan modal ekonomi dapat diukur dari seberapa mandirinya dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dan terciptanya keadilan atas penguasaan modal2 ekonomi untuk semua masyarakat.

Jika falsafah jawa selalu menekankan sandang, pangan dan papan. Era orde baru menekankan sembilan bahan makanan pokok, begitu pentingnya urusan tersebut, pak harto selalu menekankan kepada semua K/L untuk lebih berkoordinasi untuk hal tersebut.

Misal, untuk urusan beras, Kementerian PU memprioritas saluran irigasi persawahan, BPN mempermudah penambahan luas lahan pertanian, didirikan BUMN pabrik pupuk, pabrik benih, BUMN Bulog yang selalu menjaga agar harga stabil. Dan masih banyak kebijakan lainnya, hingga sudah menjadi sewajarnya bangsa yang subur ini bisa swasembada beras.

Mengapa mandiri ekonomi itu penting? Dari bidang ekonomi itu akan mempengaruhi bidang politik dan sosial budaya. Jelasnya, ketidakmampuan dalam kemandirian ekonomi akan menjadi sandera untuk bidang2 lainnya.

Jika, tidak mampu mandiri secara ekonomi, maka dalam pentas politik dunia juga akan menjadi sangat lemah. Bagaimana negara2 maju selalu mau turut campur urusan politik dalam negeri bangsa lain. Masih ingat bagaimana IMF dari tahun 1997 sampai 2004 telah banyak mendikte bangsa ini, maka lahirlah UU yang didanai, dan/atau konsultannya yang berasal dari negara lain. UU 6/2005 ttg sumber daya air adalah contoh nyata, bagaimana air yang merupakan karunia Allah untuk bangsa ini akhirnya diberi hak atas air, pengaturannya seperti hak atas tanah. Maka air minum untuk warga indonesia sudah dikuasai perusahaan2 AMDK, dan perusahaan itu mayoritas asing. Dan bagaimana PDAM DKI harus melakukan kerjasama operasional dengan 2 perusahaan asing.

Kemandirian ekonomi akan dimulai dari mana? Ini seperti mengurai benang kusut yang sudah terjadi bertahun2.

Yang pasti, mengurangi ekspor bahan mentah untuk diganti barang setengah jadi, atau barang jadi, dan mengurangi impor barang jadi menjadi barang setengah jadi, atau impor barang mentah untuk di olah oleh anak bangsa.

Dan hal inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Pastinya sulit sekali, karena membutuhkan komitmen semua pihak, dan hambatan terbesar adalah dari orang2 yang tamak, tidak mau repot, dan maunya cepat tapi punya kuasa dan/atau ingin mempertahankan kuasa.

Dan cara impor sebanyak2nya itulah yang sudah terbukti bagi pemilik kuasa memberi keuntungan yang besar, cepat dan tidak repot.

Terkait dengan distribusi ekonomi, tugas negara agar fokus menciptakan terjadinya keadilan.

Dalam buku kapitalisme semu  asia tenggara karya Yoshihara Kunio, yang sempat dicetak untuk kedua kalinya tersebut akhirnya dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung saat era pak harto, menjelaskan kalau kongloremat yang sebagian besar pengusaha aseng bisa tumbuh besar ternyata diberi kemudahan, kemudahan dan kemudahan oleh rezim penguasa saat itu. Bagaiamana tanpa jaminan bisa diberi pinjaman milyaran, trilliunan, hanya karena dekat penguasa diberi HPH kehutanan, ijin perkebunan, ijin pertambangan dan penunjukkan untuk menjadi rekanan2 BUMN, bagaimana tanah2 pemda dengan mudahnya dijadikan objek kerjasama dengan kelompok elit. Ibarat buah matang bukan karena buahnya yang baik, tapi karena karbitan.

Setelah sekian lama, akhirnya kesenjangan antar maasyarakat semakin menjadi2, indek GINI yang semakin besar adalah bukti nyata. Harus menjadi perhatian bersama, karena kesenjangan dalam batas tertentu akan menjadi pemicu krisis sosial.

Bagaimana langkah pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam menuju kemandirian ekonomi? Sekaligus tercipta keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.

Yang pasti harus dengan cara2 yang ekstrem, butuh keberanian pimpinan, karena ini menyangkut pembatasan ketamakan kapitalis asing dan aseng.

Masalahnya, benarkah, masalah kemandirian dan keadilan itu sudah menjadi masalah yang mendesak dan penting semenjak reornasi?. Kalau belum, kelas VVIP kapal NKRI ini akan diisi oleh 200 orang kapitalis, dan sebagian besar boemi putra akan digeladak, sekaligus menjadi ABK seperti di kapal2 VOC jaman dahulu.

(Berlanjut....)

Modal bernegara: modal politik (1)

Bangga melihat saudara2 sebangsa, setanah air, saudara2 yang tinggal di bumi nusantara ini, ato di belahan bumi lainnya  semangat merayakan kemerdekaan HUT 72 RI. MERDEKA3x.

Momentum kemerdekaan ini, jadikan pijakan menuju kearah Indonesia yang lebih baik, diantaranya dengan selalu memperbesar, memperbanyak dan mengoptimalkan modal bernegara.

Pertama modal politik. Apa ukuran keberhasilan dalam bidang politik di suatu banngsa? Diantaranya yaitu terjadinya keseimbangan penyebaran dan pelaksanaan kekuasaan untuk mencapai tujuan berbangsa. Tujuan yang termaktup dalam UUD NRI 1945.

Apakah saat ini, penyebaran kekuasaan sudah seimbang? Bagaimana dengan pelaksanaannya?

Pasca amandemen UUD, terdapat perubahan dan pergeseran kekuasaan yang mendasar. Misalnya, peran BPK yang semakin proporsional, dan dibentuknya  MK serta DPD. Dan masih ada lagi karena keputusan politik DPR RI dan Presiden dalam UU, kaitannya dengan pengaturan kembali atau mengatur hal baru terkait beberapa Kementerian, Lembaga dan Badan di pemerintah pusat dan daerah.

Dari semua pengaturan pusat2 kekuasaan tersebut, apakah sudah terjadi keseimbangan dari distribusi kekuasaan hingga pertanggungjawaban.

Bagaimana dengan pertanggungjawaban kekuasaan yang dipilih oleh rakyat? Adakah pengaturan pertanggungjawaban DPR RI, presiden, DPRD, gubernur, bupati dan walikota kepada rakyatnya? Dan juga kades kepada rakyat pemilihnya? Bukankah mereka dipilih oleh rakyat?

Jadi jangan heran, setelah rakyat selesai memilih, maka selesai pula hubungan politik antara yang dipilih dan yang memilih. Karena relasi setelahnya sudah tidak ada lagi. Dampaknya, rakyat seringkali bingung menuntut pertanggungjawaban terhadap janji2 saat kampanye.

Apakah pertanggungjawaban presiden ke DPR RI  dan kepala daerah ke DPRD sudah merepresentasikan pertanggungjawaban kepada rakyat? Silahkan dicek, dicermati, adakah benar2 telah ada representasi rakyat dalam relasi pertanggungjawaban tersebut. Mengapa? Terdapat hal mendasar yang perlu dicermati, ternyata pertanggungjawaban DPR RI dan DPRD kepada rakyat, khususnya konstituentnya juga sangat lemah, bahkan tidak ada. Yang ada justru, anggota DPR RI dan DPRD yang terhormat lebih merasa bertanggungjawab kepada parpolnya dibandingkan kepada rakyat. Hal ini bisa dilihat dari kekuasaan parpol untuk melakukakan recall anggota dewan. Bagaimana mungkin rakyat yang memilih dewan, ternyata dewan bertanggungjawab kepada patpol?

Adakah mekanisme pertanggungjawaban parpol kepada rakyat?

Klo relasi2 tersebut tidak seimbang, bahkan tidak ada, bagaimana gerak langkah bangsa ini akan menghasilkan kekuasaan yang lebih besar lagi? Kekuasaan untuk tetap eksis dalam relasi bangsa2 di dunia, khususnya untuk menghadapi ketamakan kapitalis dan bangsa lain.

Klo sudah begini, terus ikipiye?

(berlanjut....)

#19 Agustus, 2017, pukul 02.46 waktu tangerang.

Senin, 14 Agustus 2017

Menjual produk dengan taste rasa takut

Apa tugas negara menurut UUD NRI 1945? Melindungi segenap bangsa indonesia.

Melindungi apa? Luas sekali, yang pasti memberikan perlindungan untuk masyarakat agar terpenuhinya kebutuhan badan, pikiran dan hati.

Ketiga kebutuhan tersebut pada dasarnya  tidak bisa dipisahkan. Jika negara bisa melindungi, maka masyarakat akan memiliki rasa aman.

Rasa aman badan bisa dilihat dari terpenuhinya kebutuhan badan sekurang2nya untuk sandang,  pangan dan papan. Dan ini selalu tampak nyata, karena memang bersifat materialisme.

Rasa aman pikiran bisa dilihat dari batasan kebebasan berpikir.  Sehingga dapat berpikir kreatif TANPA ada rasa ragu2, was2, kuatir, bahkan takut untuk berpikir. Hal ini bisa terwujud jika batasan ruang berpikir bisa di pahami bersama. Adanya kesamaan makna dan tujuan dalam menginterpretasikan kata, kalimat, alinea hingga buku.

Sehingga rasa aman berpikir akan tampak jelas dari sisi logika benar salah, diantaranya dengan analisis statistik, dan sisi hitung matematis.

Rasa aman bagi hati itu untuk dapat beribadah. Karena manusia itu pada dasarnya merindukan untuk dapat dekat dengan zat yang maha mencipta, mengatur dan maha segala2Nya.

Apa kaitanya rasa aman itu dengan dunia marketing?? Disitulah hebatnya orang2 marketing, dengan selalu mengkaitkan rasa takut dengan produk yang dijual.

Apa yang dijual air kemasan ato AMDK? Mereka menjual fubgsi air ditambah rasa takut,  yaitu jika minum air biasa, selain AMDK itu tidak sehat bagi tubuh, karena takut sakit, maka banyak orang membeli AMDK.

Apa yang dijual perusahaan asuransi kesehatan? Produk asuransi semata ato plus rasa takut jika nanti sakit ato meninggal ato jika terjadi musibah?

Apa yang dijual lembaga pedidikan? Sistem pendidikan yang menghasilkan manusia yang memanusiakan ato plus ketakutan miskin karena bodoh? jika bodoh maka sulit kerja, jika sulit kerja maka perekonomian sulit, jika perekonomian sulit maka hidup sulit, hidup sulit maka tidak akan bahagia. Karena takut tidak bahagia, maka akan sekolah meski mahal sekali.

Jika negara tidak bisa melindungi masyarakat dari segala bidang, maka akan banyak orang2 jualan dengan melabeli rasa takut, sehingga masyarakat berlomba bekerja untuk menghilangkan rasa takut dari sektor private.

Dan kapitalis akan mendesain negara untuk tidak atau mengurangi memberikan kebutuhan/ perlindungan  ke masyarakat, sehingga masyarakat akan datang dan membeli  produk2 kapitalis.

Semakin besar rasa takut yang dirasakan masyarakat, semakin besar kemungkinan produk2 itu akan terjual.