Banyak yang melupakan terkait dengan modal sosial, seringkali dianggap tidak penting, padahal modal sosial itu merupakan awal dan akhir dalam bernegara.
Dalam pancasila, 4 sila dengan eksplisit terkait langsung dengan modal sosial, hanya sila kesatu yang mendekati ke budaya, tapi tetap terkait dengan modal sosial.
Apa ukuran modal sosial suatu bangsa agar bisa tetap dapat melanjutkan dan mewujudkan dalam berbangsa?
Penulis terkenal terkait modal sosial adalah francis fukuyama, keturunan jepang tinggal di paman sam. Francis fukuyama menekankan pada segala sesuatu yang membuat masyarakat berhimpun untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi.
Perbedaan dengan modal manusia yaitu segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada Modal Sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dan antarkelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antarsesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
#modal sosial politisi
Dalam era saat ini, bagaimana aktor politik politik di pusat dan daerah terasa banyak sekali bajunya, dan begitu mudah ganti baju dan penampilan. Sepertinya tidak ada masalah dengan hal tersebut.
Terkadang perubahan baju dan peran lebih terasa sebagai aktor film daripada aktor politik. Hemmm...
Dan tentu saja menjadi pertanyaan, adakah perubahan baju itu tetap terikat dengan nilai2 dasar berbangsa dan bernegara? Seberapa nilai2 itu dapat dipertahankan?
Apakah perubahan baju politisi diikat dengan persamaan ideologi, persamaan visi misi, atau persamaan lainnya? Jangan2 berhimpun hanya karena kepentingan kekuasaan dan ekonomi semata.
#modal sosial agamawan
Ulama, kiai, ustad, pendeta, dan tokoh agama lainnya sebagian sudah mulai senang dan sering untuk mencari2 kesalahan urusan pribadi yang bukan kelompokknya, bukan saling menutupi. Tampaknya, arah penglihatan nilai2 kemanusian sudah berkurang, tergantikan dengan pembenaran atas kelompoknya.
Betapa miris, ribuan ulama islam dengan kemampuan dan kecerdasan akademik yang baik, tetapi kurang mampu menerapkan dalam kehidupan sosial, cenderung merasa benar sendiri, hubungan dengan umat lainnya hanya dinilai dari kepatuhan mereka kepada tokoh pemuka mereka sendiri. Bahkan jika ada yang tidak patuh, dinyatakan sesat. Mungkin mereka sudah pegang kunci surga.
#modal sosial enterpreuner
Sebagian besar pengusaha dengan ketamakannya seperti sudah tidak mau dan mampu membela saudaranya setanah air, yang terjadi justru menumpuk kekayaan sendiri, lebih senang kaya dengan memajukan asing dan aseng, bahkan bila perlu menghancurkan pengusaha boemi putera tidak ada masalah.
Semakin sulit menemukan relasi saling percaya yang kuat antara konglomerat, pengusaha dan UKM diantara warga indonesia. Hal ini mulai tampak ketika pak harto mengumpulkan konglomerat di Tapos. Diantara pengusaha sekarang ini selalu diihubungkan dengan relasi transaksi semata, untung rugi diri dan kelompok.
#modal sosial birokrasi
Bagaimana dengan birokrasi? Dan kepercayaan relasi didalamnya? Posisi APH yang jauh dominan dengan komisi ombusman menjadi birokrasi semakin was2, kwatir bahkan terkesan ketakutan, karena saat ada laporan maka muncullah telah diduga terjadi kerugian keuangan negara/daerah/desa, selanjutnya merembet ke "dan turut serta", bahkan ke ranah pencucian uang. Sebentar lagi akan mengikat masuk ke pidana pajak.
Hal ini mungkin karena lebih dominannya tindakan APH daripada pencegahan dalam pengawasan pelaksanaan pelayanan publik oleh komisi ombusdman. Ditambah dengan relasi kepala daerah yang DNA politisi dengam birokrasi sering belum ada kesamaan visi, misi, dan metode untuk mewujudkannya.
#modal sosial masyarakat biasa.
Hal menarik dalam 2 tahun terakhir adalah tumbuhnya ormas2 yang seragamnya menyerupai seragam milik TNI. Jika dilihat sekilas, pasti masyarakat awan akan mengira itu TNI.
Ditambah dengan ormas berbasiskan kedaerahan mulai muncul dengan penguatan emosi lokalitas, tanpa didasari dengan penguatan emosi kebangsaan, semakin menggerus nilai2 Bhinneka.
Kaum nahdliyin terbiasa membentuk kumpulan tahlilan, dari situ akan ada turunan aktivitas bersama lainnya, seperti semaan al quran, ziarah makam wali, atau pengajian bulanan. Tapi beberapa kelompok lainnya dengan tanpa henti berteriak bid'ah, syirik, dll, seolah mereka sudah pegang kunci surga.
#langkah strategis
Perlu peningkatan pemahaman bersama kepada seluruh politisi, tokoh agama, pengusaha, birokrasi, ormas terkait pentingnya modal sosial, jika sudah memahami, perlu komitmen untuk mengatur kebersamaan irama gerak langkah untuk mencapai tujuan bersama.
Artinya, manusianya perlu iqra dan mengendalikan nafsu.
(Berlanjut)...
#minggu, 20 Agustus 2017, resto allseason gajah mada, jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar