Memang lucu negeri ini, diantara kesulitan hidup, khususnya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, ternyata banyak warga tersebut yang memiliki smartphone, paling tidak anak2 mereka yang masih sedang tumbuh remaja/abg.
Sepertinya ada perubahan fungsi smartphone bagi abg2 tersebut, yang tadinya smartphone dengan fasilitas telp, sms, selanjutnya muncul bbm untuk berkomunikasi, untuk bersilaturahmi, tapi sekarang sudah mengalami banyak perubahan fungsi.
Smartphone sekarang oleh abg2 tersebut lebih banyak digunakan untuk selfi, dan nonton video dan terakhir chat yang sifatnya main2 saja.
Sepertinya ada kegagalan negara dalam pendidikan teknologi. Bukan kegagalan mengoperasionalkan smartphone, tapi kegagalan menggunakan smartphone. Gagal menggunakan smartphone dalam arti manfaatnya kurang tepat.
Artinya, banyak fasilitas di smartphone tersebut yang bisa digunakan untuk hal2 yang bermanfaat, tapi tidak atau kurang dioptimalkan.
Bisa jadi, karena di masyarakat belum banyak budaya membaca, kemudian muncul smartphone, meskipun banyak bacaan dismartphone tersebut, tapi karena budaya membaca kurang, sehingga yang digunakan adalah budaya berbicara dan melihat. Yaitu, telp, nonton video berlama2.
Perlu ada survei, berapa rupiah masyarakat menghabiskan uangnya untuk akses youtube atau portal sejenisnya, dan dibandingkan dengan yang untuk akses media bacaan. Meskipun sulit, karena seringkali dalam satu portal ada fasilitas bacaan dan video menjadi satu.
Tapi, paling tidak, dengan kesungguhan penilitian bisa diungkapkan kepada pengambil kebijakan dan masyarakat. Sehingga pemerintah mampu mengambil kebijakan yang tepat. Jangan seperti anak kecil yang tidak tahu bahaya makan pedas, kemudian makan pakai banyak sambel sehingga sakit perut tapi dibiarkan terus.
Sebab, jika dibiarkan terus, mau dibawa kemana negeri nusantara ini. Apalagi acara tv yang semakin dikuasai kapitalis. Jadi, sudah seharusnya Negara harus hadir melindungi warganya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar