Pak bejo kedatangan teman sebangku saat SMA, pak karyo. Meski pembicaraan awal pertemuan dengan ceria, tiba2 pak karyo pelan namun pasti bercerita dengan sendu tentang anaknya kartono yang sedang mencari kerja.
Pak karyo:: selesai dari kuliah dari perguruan tinggi bergengsi, kartono langsung dapat kerja, gajinya besar, tentu saja kami sekeluarga bangga. Ternyata itu perusahaan asing, yang ada di indonesia hanya kantor cabangnya saja. Perusahaan itu mengambil kekayaan alam bumi pertiwi, merasa seperti milik mereka sendiri. Akhirnya, kartono aku minta keluar. Alhamdulillah dia nurut sama orang tuanya.
Pak bejo:: terus, sekarang nganggur?
Pak karyo:: sebentar saja nganggur, setelah itu kerja lagi di perbankan, kantornya di jakarta, ternyata itu perusahaan sekarang dimiliki asing, meski nama dan kantor pusatnya di indonesia. Bank itu memiliki cabang dan beroperasi hampir di seluruh pelosok kabupaten dan kota. Dan laba yang diperoleh ternyata luar biasa, trilliunan tiap tahunnya. Aku tanya ke anakku, laba besar itu dari mana? Sebagian besar dari bunga kredit dan denda atau bunganya bunga. Tidak lama setelah itu, benar2 aku minta keluar dari bank itu. Dan ternyata dia gak nolak.
Pak bejo:: sewaktu SMA sampeyan sudah kelihatan, kalau hidup itu harus pegang prinsip. Dan sekarangpun tetap memiliki prinsip, meski sebagai orang tua sekilas akan tampak aneh. Anak sudah kerja, di tempat yang prestis, malah di minta keluar. Terus sekarang kartono kerja dimana?
Pak karyo:: sekarang dia sudah bekerja di perusahaan kecil, gajinya memang kecil, tapi katanya lebih menentramkan, karena perusahaan itu punya orang indonesia, usahanya dibidang pendidikan. Membantu mendidik anak2 bangsa ini agar cerdas dan berkepribadian.
Pak bejo:: sebenarnya apa yang sampeyan harapkan dari tempat kerja kartono?
Pak karyo:: aku hanya anakku berguna bagi negara ini, dan tidak harus menjadi TNI, POLRI atau PNS. Paling tidak dia bekerja di perusahaan yang tidak mengeruk dan merusak kekayaan alam indonesia, dan juga jangan sampai perusahaannya menyulitkan orang2 miskin, apalagi itu semua perusahaan milik asing. Hati kecilku tidak terima jika kartono kerja keras, tapi justru tidak memberi manfaat bagi negara dan masyarakat miskin.
Pak bejo:: terus, apa menjadi pendidik sekarang itu bisa banyak membantu? Dan kenapa kamu sedih?
Pak karyo:: menjadi pendidik dengan gaji kecil gak masalah, apalagi kartono juga merasa passionnya disana, tapi aku sedih saat kartono harus melamar pekerjaan untuk memenuhi keinginan itu ternyata sulit sekali. Perusahaan2 besar di indonesia ini ternyata milik asing, bahkan perusahaan2 yang dulu miliki konglomerat indonesia, akibat krisis 97 kemarin sudah di beli asing, artinya begini, ternyata kartono kesulitan mencari perusahaan milik pribumi. Kalau bekerja pada perusahaan asing, meski itu dibidang pendidikan, sama artinya kita ini menjadi kuli2 asing, bahkan di negeri sendiri.
Ternyata banyak teman2 kartono yang bekerja di perusahaan asing. Mereka lebih mudah mendapatkan pekerjaan disana karena senior2 mereka juga sudah disana. Bahkan sampai akhir karirnya dihabiskan disana.
Aku baru sadar, kenapa banyak anak bangsa ini memilih bekerja di perusahaan asing, apalagi yang cerdas dan terdidik mereka malah bangga karena dianggap prestis. Dan yang kurang terdidik atau yang biasa disebut TKI tetap saja mereka bekerja di perusahaan asing. Menurut kamu kenapa Jo?
Pak bejo tetap diam meski tangan kanannya yang memegang rokok bergerak ke arah bibir, dihisapnya rokok yang bercukai mahal itu dalam2. Sambil berkata:: entahlah kawanku....aku juga baru paham soal itu.