Senin, 03 Oktober 2016

Maaf, orang miskin tidak boleh di jakarta

Pak Bejo:: mas nur, apa sih tugas negara itu? Kenapa juga harus dibentuk pemerintah daerah?

Mas Nur:: negara dibentuk itu untuk melindungi warganya, melindungi dari ancaman negara lain dan menjaga harkat martabat warganya. Tugas daerah itu untuk melaksanakan sebagian tugas pemerintah pusat. Sebagian itu maksudnya karena harus berbagi dengan pemerintah pusat, dan di daerahpun juga seringkali berbagi antar provinsi dan dengan kabupaten kota.

Pak Bejo:: terus masyarakat itu siapa? Apa hanya orang kota dan orang kaya?

Mas Nur:: tentu saja tidak. Semua penduduk negara itu adalah warga, dan mereka memiliki kedudukan hukum yang sama. Jadi tidak akan dibedakan antara orang kota dan orang miskin.

Pak Bejo:: kalau begitu, boleh dong orang miskin seperti saya ke kota? Apalagi ke jakarta? Sebab orang2 seperti saya ini seringkali diusir dari jakarta. Dengan alasan kami2 ini menjadi sampah kota, maksudnya karena kami kebanyakan jualan di trotoar atau jualan naik sepeda.

Mas Nur:: memang setiap wilayah kota ada aturannya. Baik larangan atau peruntukkan. Misalnya ada perda larangan daerah merokok. Tentu saja larangan ini tujuannya baik. Begitu juga dengan larangan berjualan di trotoar....sebagian pejabat berpendapat bahwa berjualan di trotoar akan menjadikan kota tidak rapi, kotor dan menimbulkan kejahatan, yqng pasti mengurangi hak pejalan kaki yang menggunakan trotoar. Tapi itu semua pilihan bagi pengambil kebijakan. Contohnya di jalanan malioboro yogya justru lain. Trotoar di pakai jualan, pejalan kakinya justru menikmati hal tersebut.

Pak Bejo:: maksudnya gimana?

Mas Nur: di jalanan malioboro yogya, pedagang kaki lima, penjual makanan kaki lima tidak di larang. Tapi justru itu semua menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke yogya. Pedagang2 itu, bahkan becak dan andongpun menjadi daya tarik wisatawan dan bukan dianggap pengganggu kenyamanan kota.

Pak Bejo:: mengapa jakarta tidak bisa seperti diyogya? Biar orang2 miskin seperti kami2 bisa berjualan juga?

Mas Nur:: itu semua kembali ke pilihan kebijakan penguasanya. Kalau di yogya itu bisa karena dahulu HB IX berprinsip tahta itu untuk rakyat. Beda dengan jakarta, selalu ingin tampil bersih, teratur, megah dan glamour meski warganya bisa jadi mengalami kesulitan dan tidak nyaman bagi orang miskin.

Pak Bejo:: kenapa tidak meniru yogya?

Mas Nur:: tidak semudah itu...karena dari awal sudah di sadari bahwa jakarta sebagai ibu kota negara harus tampil seperti kota2 lainnya yang ada didunia. Maksudnya, indikator kemajuan kota berdasarkan standar internasional. Dan itu diperkuat dengan konsultan pembangunan jakarta yang di dominasi oleh teknokrasi dibandingkan dengan budayawan. Lihat pembatas jalur busway, seperti tanggul selokan ditengah jalan raya.

Pak Bejo:: kamikan jualan di trotoar, pinggir jalan, terus ada yang beli, dan itu rame. Artinyakan ada pembeli dari segmen bawah yang selama ini tidak di perhatikan pemerintah DKI. Silahkan datang ke jln veteran di jam 6-8, banyak pegawai pemerintah yang membutuhkan sarapan, dan kebanyakan kami2 yang menyediakan. Terus kami dilarang, apa pejabat DKI itu juga sudah sarapan di rumah? Yang gak sempat sarapan di rumah bagaimana? 

M. Nur:: Tepat yang disampaikan Bapak, desain gedung perkantoran itu tidak semua dirancang ada kantinnya, apalagi kantin kelas bawah.

Pak Bejo:: terus solusinya gmn?

M. Nur:: pertama, desain gedung harus menyediakan kantin untuk semua tingkatan segmen; kedua, diijinkan jualan di trotoar pada jam tertentu, misal jam 5-9, setelah itu harus dibersihkan; ketiga, orang2 miskin jangan masuk jakarta semua. Orang miskin yang bekerja di gedung2 perkantaron dan juga penjualnya. Dan kebijakan yang terakhir itulah yang dipilih, itupun hanya untuk penjual.  Terus siapa yang menyediakan makanan murah bagi pekerja di gedung2 itu? Padahal penghasilannya standar UMR, bahkan di bawah UMR. Jadi ketika ada permintaan, maka akan berlaku penawaran.

Pak Bejo:: jadi, orang seperti kami2 ini bagaimana? Diusir dari jakarta? Solusi kongkritnya bagaimana?

M. Nur:: pilihlah pemimpin yang mengerti orang miskin, dan dekat dengan orang miskin. Jika tidak, maaf, orang miskin dilarang datang ke jakarta. Bisa jadi akan ada tulisan seperti di mall,  parkir VIP atau vale parking, check ini untuk kelas bisnis saat akan naik pesawat, kelas executive di bus atau kereta dan tempat2 lainnya. Sehingga, sangat mungkin jika salah pilih pemimpin, suatu saat akan ada tulisan "Maaf, jakarta hanya menerima orang kaya dan kaya sekali".

Pak Bejo:: semoga masih ada pemimpin yang dekat dengan rakyat miskin, dan mencintai rakyat miskin, karena keberadaan rakyat miskin itu suatu "kebenaran" adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar