Selasa, 02 Oktober 2018

bandara adi soejipto dan pemotor

Yogya, kota budaya, kota pelajar. Kota impian anak muda untuk menggapai kehidupan yang lebih menjanjikan. Dan juga kota harapan bagi nayak pensiunan untuk mebikmati tentramnya hari tua.

Kali ini ada rasa nyesak saat harus meninggalkan yogya. Bukan karena belum bisa berlama2 disini. Tapi, karena saat memasuki kawasan bandara adi soejipto, terlihat jelas motor2 di stop tidak boleh sampai melewati rel, dan tidak biaa mendekati  pintu masuk,  layaknya mereka yang datang bermobil.

apa  karena pemotor membuat tidak indah bila mendekati pintu masuk??

apa karena mereka tampak tidak mencerminkan kemajuan peradaban hingga harus dilarang?

klo alasan keamanan, apakah mobil2 yang masuk juga diperiksa?

bukankah bandara juga mencerminkan pelayanan publik. Tapi, bagaimana mendesain pelayanan dengan tidak membeda2kan dari sisi jenis kedatangan transportasi.

klo ada ruang drop penumpang dengan mobil, kenapa tidak didesain juga ruang drop penumpang untuk pemotor? Seandainya, ada penumpang, dianter motor, bawa tas besar berat, dan kebetulan hujan. Apa tidak merepotkan pemotor.

seandainya, ada kereta kuda khas yogya datang, pasti tidak bisa masuk juga. jadi, tidak heran kalau kendaraan khas yogya akhirnya terpinggirkan. Bukan oleh kemajuan teknologi luar, tapi karena kebijakan sendiri.

Dan model kebijakan mengesampinkan pemotor itu sepertinya sudah biasa. Lihat saja di mall, kantor pemerintah, bahkan di OJK yang dekat lapangan banteng untuk pejalan kaki harus lewat jalur samping.  Dan sangat terkesan pejalan kaki dianggap tidak penting. Tapi entahlah....

Kembali ke bandara yogya....kalau memang benar2 kota budaya, amalkanlah memberi ruang untuk pejalan kaki, untuk pemotor. Jangan hanya memprioritaskan orang2 yang datang bermobil.

Kalau yogya saja belum bisa, apa daerah lain bisa?

Jumat, 28 September 2018

infrastruktur, kapitalis dan keadilan

bisnisbandung.com di halaman depan memberitakan dengan judul PEMPROV JABAR AKAN GENJOT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR, mantab.

kang emil dengan semangat menjelaskan bagaimana kedatangan pejabat Asian Development Bank (ADB) untuk  mendengarkan kebutuhan  infrastruktur jawa barat.

Daerah harus menyediakan pelayanan publik. termasuk didalamnya infrastruktur. Meskipun itu  harus dengan kerjasama. kerjasama dalam berbagai bentuk/model. Dan sudah banyak peraturan yang mengatur tentang kerjasama. Diantaranya kerjasama daerah,  PP 28/2018, juga ada perpres 38/2015.

Kebanyakan masyarakat akan memandang pelayanan itu sederhana sekali, mudah, murah dan cepat. Bahkan terkadang tidak banyak yang mempermasalahkan, siapa yang memberikan pelayanan. Daerah atau
swasta.

contoh sederhana, jika dulu, jalan merupakan tugas pemerintah dan daerah untuk menyediakannya, sekarang sudah dibuka jalan tol, produk kerjasama pemerintah dan swasta.

yang menjadi masalah adalah, apakah benar jalan tol tersebut murah? mudah? cepat?

Murahnya itu bisa diperdebatkan, tapi yang pasti harus akuntabel dan transparan. Masalahnya, benar gak tarif tol sekarang ini sudah akuntabel dan transparan? jika belum, maka wajar, jika sebagian masyarakat protes dengan tarif tol.

yang membingungkan, saat ada pejabat yang mengatakan, kalau tarif tol mahal, jangan lewat tol, lewat jalan biasa saja. Sepertinya beliau lupa, kalau saat pembebesan tanah untuk jalan tol tersebut, menggunakan UU 2/2012 tentang pengadaan tanah bagibpembangunan untuk kepentingan umum.

artinya, dengan UU tersebut ada "hak paksa" negara kepada masyarakat. artinya, dari awal saja, tanah tersebut sudah jelas untuk kepentingan umum. Dan masyarakat dipaksa untuk mengerti bawah peruntukkan tanahnya nanti untuk kepentingan umum.  Tapi kenapa setelah jalan tol beroperasi, seperti menjadi milik sendiri.

kembali ke judul, semoga kang emil bisa membangun infrastruktur, dengan tidak melupakan masyarakat, pemenuhan pelayanan publik dan keadilan sosial. Bukan sekedar ada jalan tol yang hanya akan menguntungkan pemodal besar (kapitalis) yang berlindung di lembaga2 keuangan serta sebagian kecil masyarakat.

--------
ditulis diatas kereta api argo parahyangan, sabtu, 07.37, tgl 29 september 2018.

Senin, 14 Mei 2018

Manejemen makam

Alhamdulillah, masih dikaruniai ikut menemui hari menjelang ramadhan. Dan bisa ziarah ke makam orang2 tua dan saudara. Ritual diantara cara untuk mendoakan, mengenang serta menjaga hubungan rohani dengan mereka.

Biasanya begitu masuk area pemakaman,  sudah mengalami banyak kesulitan. Tidak ada nya jalan setapak dalam area makam. Adakah ini ada kaitannya dengan kehidupan diakhirat sana? Entahlah.

Beberapa makam keluarga, ternyata sulit diingat, meski sudah diberi tanda dengan dibangunkannya nisan,  tidak ketinggalan dengan tanda berbentuk tulisan.  Karena beberapa nama dalam tanda nisan sudah mulai menghilang.

Masalah berikutnya, lupa makam siapa saja saudara yang akan kita doakan. Karena ada beberapa saudara dan kerabat di area pemakamam.  Dan yang lebih rumit, saat bertanya ke saudara, sedikit yang bisa digunakan untuk menjelaskan dan tanda dalam menunjukkan makam. Biasanya warna nisan, nama dalam nisan jika ada. Atau arah dan dekatnya dengan makamnya siapa.

Memang disetiap makam, ada penjaga ato juru kunci. Tapi jangan lupa, juri kunci juga tidak selalu ada di tempat. Dan terkadang dipegang oleh orang baru.

Sudah sewajarnya, jika saatnya diperlukan manejemen makam yang lebih bagus lagi. Sehingga dapat mendata semua makam dan keluarga, serta keterkaitan antar makam dan keluarga.

Misalnya, setiap ada warga meninggal, maka makam tersebut di beri tanda yang unik. Tanda unik itu maksudmya kodefikasi yang unik seperti nomer seri kendaraan. Atau kodefikasi dalam pengelolaan barang milik daerah. Ato model nomer induk pegawai.

Setelah di nisan makam di beri tanda unik khusus, maka  di buku administrasi dilengkapi dengan data utama orqng yang meninggal dan keluarga intinya. Jika memungkinkan keluarga besarnya.

Untuk mendapatkan data pokok tentu tidak terlalu sulit. Yang sulit adalah data keluarga besarnya.

Ketika masa ziarah kubur, kode unik bisa di berikan kepada saudara atau kerabat untuk menunjukkan, makam2 mana yang merupakan makam keluarga.

Dan selanjutnya, yang berziarah di harapkan ngisi buku administrasi, sehingga didapat data update, siapa mengunjungi makam siapa.

Dari data tersebut, dapat menjadi penghubung silsilah keluarga. Sebab seiring waktu, sangat mungkin telah ada kehilangan informasi dan silsilah keluarga.

Dari beberapa makam tradisional, sepertinya belum ada pemberian kodefikasi unik di setiap makam, dan juga administrasi data peziarah.

Dan sudah saatnya dinas yang ngurusin pakaman move on. Move on untukbyang lebih baik.

Sabtu, 12 Mei 2018

2 kali check in

Kalau anda berniat naik maskapai penerbangan, kemudian ada fasilitas web check in, pasti lebih menarik. Kenapa? Karena bisa pesen seat dan tidak perlu antri check in dan bisa datang agak diakhir waktu boarding pesawat.

Selain itu, beberapa maskapai juga melengkapi dengan mesin check in. Apa bedanya web check in dengan mesin check in yang di bandara? Klo soal antrinya  pake web dan  mesin check in lebih jauh lebih bagusbdari pada check konvensional. Kalau mesin check in tidak begitu antri dan langsung bisa masuk ruang tunggu, tetapi tetap harus datang sesuai jadwal.

Kalau web check di maskapai B air, ternyata tetap harus antri  untuk cetak lembar kertas bukti check in. Jadi apa manfaat web check in? Ternyata sejauh ini hanya untuk pesen seat saja. Bukankah toh akhirnya harus antri.

Apakah antrinya di beri lajur khusus? Ya, hanya satu lajur dan digabung dengan web chek in drop baggage. Kalau sudah begitu apa banyak mudahnya dalam antrian itu? Yang pasti tidak, karena akan lebih lama.

Artinya, web check in di maskapai B tidak banyak manfaatnya. Hanya pesen seat, tapi tetap antri chek in. Dan antrinya sama aja dengan yang lain.

Kenapa teknologi web check ini tidak di gabung dengan:
1. Check in khusus web check tanpa drop baggage. Atau;
2. mesin check in yang berfungsi hanya untuk cetak. Kalau ingat PT KAI, kita harus acungin jempol dengan kemajuan teknologi mereka. Karena di PT KAI, pesen seat saat beli tiket, pake mesin check in tinggal cetak. Selesai. Bahkan mesin mereka mampu baca barcode.

Kalau sudah web check in,.tapi tetap harus antri check in biasa, terus iki piye?

Senin, 16 April 2018

Magnet politik

Poltik telah mendominasi hampir semua sendi kehidupan bangsa ini, semakin mendekati pilpres 2019, semakin kuat dominasinya terhadap bidang lainnya.

Betapa harus berhati2nya sekarang ini untuk menjadi pembicara. Apalagi bidang keagamaan. Bukankah tokoh agama perlu menegaskan kebenaran disaat berceramah didalam kelompoknya, meski  terkadang harus membandingkan dengan agama lain. Karena itu bagian dari dialektika, meski terbatas dalam kelompokknya. Apa jadinya, jika dialektika tersebut direkam, dan dilihat dalam konteks yang berbeda? Kalau momen awalnya terjadi dialektika dalam tempat ibadah, kemudian diputar ulang dalam suasana warung kopi. Apakah dialektika tersebut masih mempunyai makna yang sama?

Sama halnya saat kita selfie mesra dengan istri, dalam batasan penghilatan keluarga kita hal biasa, bahkan menjadi indah. Tapi belum tentu saat foto tersebut dilihat banyak orang. Pasti akan berbeda arti.

Tapi, ini berbeda dengan cerita kaos oblong. Karena yang memakai kaos oblong orangnya sendiri. Saat kita memakai kaos oblong di keluarga, dan lingkungan sendiri, itu menjadi hal biasa, tidak merendahkan hak orang lain, karena memang biasanya memang begitu. Tapi, jika kita memakai kaos oblong di tempat pesta kawan, pastilah akan dianggap tidak menghormati, bahkan merendahkan momen pesta teraebut.

Yang menjadi pertanyaan adalah pesan itu awalnya untuk momen apa? Dan selanjutnya berubah untuk momen apa?  Apakah teks masih memiliki arti yang sama ketika sudah berbeda konteks?

Dan itulah kejadian dalam dunia medsos sekarang ini. Tulisan, gambar telah berubah ke konteks politik praktis. Dimana sekarang ini, politik praktis cenderung kurang etik. Meninggikan bendera sendiri dengan menurunkan bendera orang lain.

Minggu, 15 April 2018

Sampah politik

Suatu industri pasti akan menyisakan sampah.  Tidak terkecuali industri politik.
Politisi kekayaan utamanya memang kekuasaan. Pedagang, kekuasaan terbesarnya adalah uang atau modal.
Apa jadinya saat politisi juga seorang pedagang?

Saat politisi telah menyatu dengan kapitatalis, maka kecepatan kapitalisme dan liberalisme telah dimulai dengan full speed. saat mereka menyatu dengan kekuatan full, maka akan menyisakan sampah yang banyak pula. Siapa yang membersihkan sampah politik mereka?

Esensi pendidikan adalah adanya kebebasan, karena kebebasan akan memunculkan dan menumbuhkan kreatifitas. Jadi,  wujud kemerdekaan negara yang esensi adalah adanya kebebasan untuk berpikir dan berpendapat.

Apa kaitanya sampah politik dengan kebebasan??

Dalam bidang politik, beberapa politisi pemilik tivi, mereka seperti memaksakan kebenaran, mereka mau memonopoli kebenaran demi kepentingan politik mereka. Politisi2 dengan mudahnya mengotori langit frekuensi tivi, frekuensi tivi seperti milik mereka sendiri. Tivi sering melakukan tivu2.

Mereka lupa, frekuensi itu milik publik. Dan akhirnya masyarakatpun menjadi biasa saat sampah2 tersebut ada disekitar.

bahkan politisipun, dengan sengaja mengotori medsos, akhirnya banyak orang merasa enggan bermedsos. Dan keengganan timbul bisa jadi karena adanya kecemasan.

Kecemasan  terbesar atas dampak politik adalah sedikit2 terkena pasal ITE. Apalagi pasal perbuatan tidak menyenangkan. Apakah kita hidup ini harus menjadi pemuas orang lain? Bisa "menyenangkan" semua orang?

Jadi,  pasal perbuatan tidak menyenangkan hanya menguntungkan orang2 yang senang berurusan dengan pengadilan formal, bukan pengadilan sosial. Artinya akan menguntungkan orang2 kaya yang mampu membayar lawyer, mampu mengatur peradilan.

akhirmya masyarakatpun mulai merasakan kecemasan, dan itu sudah mulai  tampak. Kecemasan dampak dari politik ala Macvealli.

Bagaimana menjadi bangsa yang adiluhung, jika masyarakatnya selalu dihinggapi dengan rasa cemas, was2, bahkan rasa takut.

karena kecemasan itu membunuh kecerdasan

Kamis, 29 Maret 2018

Perulangan sejarah

Devide et impera. Kata yang familiar saat sekolah dasar dan menengah. Belanda menguasai bumi nusantara dengan melakukan adu domba. Akhirnya primbumi berantem sendiri memperebutkan kekuasaan.

Contoh nyata, ditingkat elit pengiasa, belanda melakukan adu domba kesultanan banten era 1570an. Dengan mengadu domba putra kedua sultan banten,  dengan putra mahkota. Akhirnya, belanda mampu menguasai banten sepenuhnya, hingga kota dagang pindah ke batavia.

Ditingkat kelas menengah, belanda selalu memberi hadiah dan kemudahan kepada orang2 (seperti preman) yang selalu mampu menarik pajak, meskipun dengan paksa. Selanjutnya mereka diberi kedudukan sosial yang tinggi didepan belanda, tapi hina didepan pejuang.

Ditingkat kelas bawah, banyak pribumi tetap setia kepada belanda dengan menjadi pegawai rendahan langsung ato tidak langsung.

Bagaimana dengan era sekarang? Apakah bangsa asing tidak ingin menguasai negeri ini? Apakah paman sam, tiongkok, perancis dll rela indonesia maju?

Menguasai dari sisi politik? Tidak terasa, tapi sudah menjadi fakta, politisi didalam parpol dikendalikan invisible hand dalam membuat kebijakan undang2 dan turunannya. UU yang menuju liberalisasi politik, siapapun bisa menjadi pemimpin dinegeri ini.

Dari sisi ekonomi? Bangsa yang kaya ini sumber daya alam ini, selalu dibuat untuk tidak mampu mandiri memenuhi kebutuhan. Dininabobokan dengan kemudahan impor dan impor. UU menuju liberalisasi ekonomi, menguntungkan pemodal. Bukan hanya tanah dan air dan yang terkandung didalamnya, tapi juga langit medsos. FB, GOOGLE,dan langit platform perdagangan seperti go jek yang akhirnya dimiliki asing

Dari sisi sosial?  Bagaimana langit publik sudah dikuasai mereka. Langit frekuensi untuk televisi. Habis sudah di dominasi pemodal, sehingga acara tivi selalu untuk kepentingan mereka. Karena informasi kurang mutu, menjadi sampah berserakan dalam laut frekuensi tivi. Sumber penyakit bagi rakyat.

Dari sisi budaya? Bagaimana kebiasaan belanja, makan, pesta dan aktivitas dalam keseharian harus mengikuti budaya mereka. Makan sambil berjalan, kencing sambil berdiri, berpakaian ala mereka, dan bahasapun sebagian sudah seperti mereka.

Permasalahan mendasar dari bangsa ini, tidak bisa bersatu. Kenapa tidak bisa bersatu, karena sebagian besar ingin maju menjadi pemimpin, ingin menguasai ekonomi, ingin mendominasi.

Ketamakan telah merasuki jiwa2 sebagian besar pemimpin, politisi, dan juga rakyat indonesia. Musuh bangsa ini adalah keTAMAKan.

Jumat, 23 Maret 2018

Politisi "seperti" numpang kendaraan politik

Selesai sudah pengumuman partai2 yang dapat menjadi peserta pemilu.

Apakah keberadaan parta itu (di indonesia) linier dengan kemajuan demokrasi? Sebab, apakah dalam partai itu sendiri ada ruang demokratis?

Misalnya, masyarakat menginginkan sambel yang pedas, bagaimana menghasilkan sambel pedas jika cabenya tidak pedas, ato menggunakan cabe imitasi.

Apa tanda untuk membuktikan kelinieran tersebut?

Bagaimana masyarakat dapat aktif dalam menentukan arah kebijakan parpol?  Ikut menentukan siapa2 yang menjadi pengurus parpol? Ato ada mekanisme untuk melihat keuangan parpol?

Apakah mungkin, partai tanpa ideologi akan dapat dicerna kemana arah kebijakannya? Didokumen mana itu dapat menjadi janji perjuangan parpol? Bagaimana masyarakat dapat mengakses anggaran dasar parpol?

Siapa yang dapat menjadi pengurus parpol? Tergantung orang2 yang di DPP, khususnya pendiri sekaligus "pemilik" parpol. Betapa terasa pahitnya tokoh2 dan pemimpin parpol yang matang karena di"karbit" oleh orang tua mereka.  Disisi lain, banyak orang ingin berkarier menjadi politisi menjadi sulit berkembang, bahkan layu sebelum berbunga.

Yang paling menyedihkan adalah parpol dapat melakukan recall anggota DPR RI, DPRD, bahkan memecat pengurus parpol dengan mudah. Di era KKN seperti ini, maka akan sulit sekali mengharapkan keadilan dan kesetaraan sebagai warga negara, apalagi di struktur pemerintahan.

Yang terjadi sekarang ini, banyak politisi lompat pagar, atau pindah kendaraan politik. Politisi pindah parpol itu seakan2  seperti orang pindah naik kendaraan teman. Begitu mudah....padahal esensi identitas politisi adalah ideologi. Artinya, pindah parpol sekarang ini tidak ada urusannya dengan ideologi. Karena partai juga tidak peduli dengan ideologi politisi. Yang penting tercipata simbiosis mutualisme. Pragmatis.

Siapa dinegeri ini yang mengetahui keuangan parpol yang bersumber dari "iuran anggota" dan "sumbangan"? Sepertinya hanya tuhan dan pengurus parpol yang tahu, uang itu darimana, berapa besarnya dan untuk apa. Audit BPK itu hanya pada keuangan parpol yang bersumber dari bantuan pemerintah.

Dari itu semua, maka tidak heran, jika banyak orang berduit akhirnya mendirikan parpol.

Parpol punya kekuasaan besar, tapi minim akuntabilitas.

Akhirnya yang terjadi parpol semakin jauh dari masyarakat. Bahkan terpisah dari rakyatnya. Jadi jangan heran, ketika masyarakat tidak merasa menjadi bagian dari parpol, maka masyarakat akan menuntut/meminta kepartai. Meminta uang, fasilitas dll, bukan masyarakat yang berkorban untuk parpol.

Contoh sederhana, tahun 1995-1997 banyak berdiri posko2 partai  tertentu tanpa ada yang membiayai,  tapi bisa berdiri karena masyarakat merasa menjadi bagian dari partai tersebut. Tapi mengapa sekarang tidak ada lagi?

Bagaimana untuk mengubah, darimana mengubah?

Telur dulu ato ayam dulu? Ato sebaliknya, ayam dulu baru telur?

Kamis, 22 Maret 2018

Kemanusiaan

Sila kedua pancasila telah tegas menyatakan "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Artinya apa? Kemanusiaan itu memanusiakan manusia, maksudnya apa? Agar manusia indonesia menuju dan menjadi adil dan beradab.

Disaat bangsa ini, dengan heroik membela petani tidak bertanah, atau kesulitan akses tanah (bukan sekedar sertifikat tanah), dalam waktu yang bersamaan beberapa perusahaan aseng menguasai sebagian besar (besaaaaar sekali) tanah dibumi pertiwi ini.

Ketika pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk akses air minum, tapi dalam waktu bersamaan, perusahaan asing sudah menguasai banyak sumber2 mata air di tanah air rakyat indonesia.

Ketika konstitusi mengamanatkan anggaran pendidikan minimal 20% APBN/APBD, sekolah2 asing tumbuh seperti jamur, apa makna 20% tadi? Artinya, lembaga pendidikan asing tetap diminati dibandingkan dengan sekolah2 negeri.

Ketika UU kesehatan mengamanatkan anggaran kesehatan minimal 10% APBN/APBD diluar tenaga medis, rumah sakit asing justru berdiri megah.

Mengapa terjadi kontradiktif?

Dan anehnya, sebagian ormas2 islam sibuk dengan membangun sarana fisik kelompoknya. Tidakkah tokoh2 agama itu juga mengerti bahwa ketidakadilan terhadap tanah, air, pendidikan dan kesehatan itu hanyalah buah dari kebijakan politik.

Dan bukankah, tokoh2 agama itu sebagian besar juga berteman dengan politisi? Bahkan banyak yang tampil dengan baju yang sama meski ucapan dan tindakannya sulit untuk dipisahkan. Kapan menjadi panutan masyarakat, kapan menjadi politisi.

Bisa jadi, sudah banyak juga tokoh agama yang sekaligus politisi sudah terlena dengan dengan kemewahan dunia, sehingga tidak mampu lagi merasakan ketidakadilan diumatnya.

Ato mereka tahu, tapi tidak mampu menahan kuatnya godaan nafsu, hingga yang keluar adalah dalil2 agama yang hanya untuk membenarkan pendapat dan perilakunya. Kecerdasannya berkurang karena tertutupi nafsu.

Keadilan itu hanya bisa diciptakan, bila para pengambil kebijakan itu mampu menahan nafsunya. Apalagi nafsu untuk memenuhi keinginannya, keluarga dan kelompoknya, apalagi memenuhi untuk jaminan hidup hingga 7 turunan.

Mengapa manusia indonesia harus "beradab"? Bukankah untuk dapat memanusiakan manusia itu harus memiliki adab yang bagus. Memilika etika dan moral yang baik.

Seandainya masyarakat dijelaskan tentang makna sila kedua pancasila ini, pasti masyarakat seketika akan merindukan para pendiri bangsa ini.

Merindukan bung karno yang selalu dekat dengan kaum marheins.

Merindukan kesederhanaan m.hatta.

Merindukan bung syahrir.

Apalagi baru2 ini telah terjadi, terasa sekali, pejabat tinggi yang harusnya sudah sangat bijak, memahami adab sebagai pejabat, dan selayaknya kuat berlaku adil, masih dengan ekspresifnya mengancam2 masyarakat yang mengkritik rejim pemerintahan.

Tidak akan ada kebahagiaan dan ketentraman dalam suatu negeri, jika penduduknya merasa terancam, apalagi oleh penguasanya sendiri.

Sabtu, 17 Maret 2018

Membaca foto sukarno dan hatta

Betapa sering kita melihat foto2 presiden sukarno, dan beberapa diantaranya sedang mesra dengan istrinya. Dan juga foto Mohamad Hatta dengan stelan jas berkacamata tampak berwibawa dan memancarkan kecerdasan.

Tapi, berapa banyak orang2 dapat menangkap kejadian dibalik foto2 twrsebut? bagaimana perjuangan sang proklamator untuk bisa meraih itu semua.

Bagaimana kesepiannya sukarno saat didalam sel penjara sukamiskin bandung. Bagaimana kesepiannya sukarno dijauhkan dari teman2nya oleh belanda dengan dibuang ke ende NTT, bangka dan ke bengkulu. Dan betapa di tempat pengasingannya sukarno merasa rindu dengan buku2 yang dulu menyirami hati hingga mampu menguatkan mimpi2nya.

Bagaiamana hatta dibuang ke boven digul, terbayangkah kita, boven digul yang di papua era itu seperti  apa? Sekarang aja papua masih seperti  ini.

Iya, foto tokoh2 besar lainnya juga tidak semua dapat menceritakan perjuangan, kesulitan dan setitik harapan diujung keputusasannya mereka.

Iya, masyarakat medsos lebih sering dan mudah mendapatkan gambar kesuksesan seseorang dibandingkan proses menuju kesuksesan itu sendiri. Dan itu akan berdampak pada meningkatnya pemahaman, sukses itu identik dengan menikmati banyak materialisme.

Maka, menanglah kapitalis, karena mendapat dukungan dari banyak masyarakat yang salah paham dengan materi dan masyarakat yang selalu ingin praktis dan instan.

Maka, tugas kita untuk mengubah paham yang salah pada masyarakat medsos...paham kapitalisme, paham materialisme dan pragmatisme.

Penglihatan yang dipermudah

Sekarang ini, begitu mudah untuk melihat kejadian disekitar kita, apalagi yang terjadi di belahan dunia sana.

Jika dahulu, baca surat kabar, yang menarik adalah berita2 kejadian disekitar, meski dengan intensitas yang jarang dan sering tidak mendalam pada media tersebut. Tapi, itulah menarik, mesk seringkali yang diberitakan informasi mengenai kecelakaan, perampokan, pencurian ato pembunuhan.

Jarang sekali mengenai kesuksesan orang lain, apalagi dengan penjelasan  bagaimana bisa sukses.

Dengan medsos, semua masyarakat medsos bisa menciptakan berita, dan sekaligus menyebarkan berita. Dan itu lebih cepat dibandingkan dengan berita2 dari media mainstream.

Masalahnya, dari sisi yang membuat tersebut lebih cenderung sebagai media untuk menambah popularitas dan transaksi semata. Dari sisi pembaca medsos juga sama, lebih mudah dan menyenangkan melihat gambar dari pada proses dibalik gambar tersebut.

Misal,  ketika pengguna medsos makan di resto brand paman sam, maka langsung foto, pasang di status medsos. Jadi dalam hitungan detik berita gambar itu sudah menyebar, teman2nya sudah tahu, dan akan terjadi penyebaran berita yang luar biasa cepat dan masif. Masalahnya adalah, pembaca akan melihat, peristiwa makan itu sesuatu yang enak, nikmat, dan menggoda, sehingga perlu dicoba. Dan berita itu tidak dapat, atau tidak ada yang menceritakan, bagaimana perjuangan orang tersebut dalam bekerja untuk mendapatkan uang, sehingga mampu makan di resto brand paman sam.

Maka, tidak heran, sekarang akan lebih mudah menangkap hasrat masyarakat yang menampakan keinginan ini itu. Dibandingkan dengan pesan2 perjuangan untuk mendapatkan apa yang sudah di raih.

Jumat, 02 Maret 2018

Bangsa Besar

Apakah benar, paman sam, negara2 eropa dan cina tahun 1940an  "rela" negara yang baru merdeka bisa sejahtera? Maju menjadi pesaing mereka? Apakah pemimpin dunia saat itu akan legowo kalau akan muncul bangsa besar menyangi mereka? Bahkan berpotensi mengalahkan mereka? PASTI TIDAK.

Maka pemimpin negara adikuasa, melakukan apapun untuk tetap menjaga kontrol dan kendali mereka.

Dibidang politik membentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, maka muncullah hak veto yg dimiliki oleh negara2 adikuasa. Dan hak veto itu memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan anggota biasa. Ketika mereka kuat, mereka akan bilang VETO untuk menjaga kestabilan.

Dibidang ekonomi tahun 1944 bertempat di Bretton Woods membentuk Bank Dunia, selanjut 1980 konsensus washinton, dan IMF, terakhir WTO. Mereka memaksakan kepada negara2 berkembang untuk menerapkan Structural Adjusment Program (SAP). Langkah SAP itu impor sebesar2nya, devaluasi, kebijakan moneter dan fiskal.

Dan pemerintah indonesia segera meliberalisasi bidang perbankan, sumber daya air, penanaman modal dll.
Membuka kran impor seluas2nya.

Bidang politik, dengan bantuan pendanaan yang luar biasa saat amandemen UUD 1945, terjadilah liberalisasi politik. Semua orang berKTP bisa menjadi presiden. Dan yang pasti, adanya kemudahan mendirikan parpol, dan diberikannya kekuasaan parpol dan politisibyang luar biasa. Maka, tidak heran, setelah reformasi ini, kapitalis merangkap politisi. Dan puncak permasalahan politik itu adalah semakin jauhnya politil dari masyarakat. Tidak ada mekanisme pertanggungjawaban politik oleh politisi, parpol kepada masyarakat. Sehingga tidak heran jika masyarakat semakin apatis terhadap politik. Dan itu ternyata semakin menguntungkan kapitalis  yang berpolitik.

Dan bidang sosial, bantuan asing kepada LSM dan donor di kementerian/lembaga begitu besar. Dan yang hatus dikritisi adalah bantuan2 itu seperti lenyap tanpa akuntabilitas kepada masyarakat luas.

Sebagai bangsa yang berbudaya, ternyata juga harys berhati2, bagaimana tidak, kebiasaan relasi antar manusia dan manusia dengan alam telah terjadi pergeseran yang signifikan, munculnya relasi transaksi.

Bagaimana menjadi bangsa yang besar, kalau kita tidak bisa mengukur kemampuan bangsa kita, apalagi pejabat paling senior dan paling berpengaruh di rejim ini sudah mengatakan rakyat tidak mampu menangani proyek2 besar, sehingga proyek2 itu diberikan kekuli2 asing aseng.  Ah, sudahlah....