Minggu, 09 Agustus 2015

Toilet, gaya hidup dan kesesuaian kebutuhan

Tidak bisa dipungkiri jika kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan publik untuk bandara internasional soetta semakin meningkat. Hal ini tentu saja harus diimbangi dengan pembangunan, terutama infrastruktur. Masih belum terlalu lama ini, bandara soetta sudah membangun terminal 3.

Seperti layaknya bangunan baru, fasilitas dan sarana prasarana juga baru. Tidak terkecuali toilet, khususnya tempat kencing laki2 yang didesain harus kencing sambil berdiri, dan seperti biasanya, dilengkapi dengan aliran air untuk pembersih.

Masalahnya adalah, ketika untuk mengeluarkan air pembersih itu  itu harus menggunakan teknologi canggih, menggunakan sensor, dan tentu saja sensor itu akan bekerja saat ada yang mendekat. Saat ada yang mendekat, maka keluarlah air pembersih itu.

Justru disitu sebenarnya masalah yang sebenarnya, saat pengguna datang, air pembersih keluar, tapi saat selesai justru tidak keluar itu air pembersih. Jadi bagaimana mau bersuci?

Apa pengelola bandara tidak memikirkan hal ini, tidak memikirkan kebutuhan pengguna yang sebagian besar adalah muslim yang membutuhkan air untuk bersuci.

Apakah penyediaan sarana untuk layanan publik di indonesia ini sebagian besar juga begini?

Artinya, apakah yang penting ada, tersedia, masalah sesuai kebutuhan pengguna itu urusan lain?. Yang penting secara administrasi keuangan sudah dapat dipertanggungjawabkan, dan secara teknologi tergolong canggih dan sesuai gaya hidup. Apalagi banyak bule2 yang menggunakan toilet tersebut, kan bisa dinilai oleh mereka bahwa pembangunan terminal 3 soetta canggih, khususnya penyediaan toiletnya.

Mengapa mereka mendesain aliran  toilet harus dengan sensor seperti itu? Apakah sengaja diperuntukkan bagi orang2 yang tidak perlu bersuci? Jadi berprasangka, apa sengaja agar kaum muslin terkena najis saat ke toilet karena kesukitan bersuci, sehingga tidak sah sholatnya. Semoga saja tidak demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar