Kamis, 30 Juni 2016

Nawacita, natuna dan pertahanan negara

Sejak orde baru berkuasa, penekanan kekuatan pertahanan negara bergeser ke daratan, padahal sebelumnya era presiden sukarno lebih pada pertahanan laut. Hal itu bisa dilihat bagaimana kekuatan angkatan laut saat itu yang sudah memiliki kapal perang dan beberapa kapal selam. Yang hingga sekarang ini sebagian masih digunakan oleh TNI AL.

Pak Harto memang memberi ruang yang besar kepada TNI AD saat itu,  hal itu bisa dilihat dari jabatan Menteri dan setingkat menteri, gubernur dan bupati walikota, ketua Golkar yang di dominasi oleh TNI AD. Dapat dilihat juga, bagaimana saat itu dari sisi sosial, banyak orang tua yang menginginkan anaknya menjadi TNI AD, atau memiliki menantu TNI AD, dibandingkan yang lain.

Ketika era TNI AD mendominasi, banyak sekali program pemerintah yang berfokus di daratan. Hal ini bisa dilihat kemajuan daerah daratan di bandingkan dengan daerah kepulauan. Pemerintah masih berfokus mengekaplorasi kekayaan alam yang didaratan. Sehinga kemajuan daerah yang didaratan, dengan modal sumber daya alamnya bisa dipastikan akan lebih maju dibandingkan dengan daerah kepulauan.

Apalagi, variabel penghitungan dana perimbangan atau transfer dari pemerintah pusat menggunakan variabel yang ada didaratan.  Misalnya, penghitungan DAU pada UU 25/99 jo. UU 33/04 masih menggunakan luas daratan. Tentu saja ini akan merugikan daerah kepulauan seperti keppri, maluku utara, babel dan NTT. Meskipun, setelah terbitnya UU 23/14 ttg pemerintahan daerah, daerah kepulauan sudah mendapatkan perhatian yang lebih.

Ketika reformasi 98, secara perlahan keterlibatan TNI dipolitik harus dikurangi, hingga banyak sekali jabatan2 penting dan strategis diisi dari sipil, hingga akhirnya terlena dalam pertahanan negara.

Bagaimana riau daratan lebih maju dibandingkan dengan kepulauan riau, padahal sejarah mencatat, kerajaan2 besar lahir dan besar di keppri.

Maluku utara dalam sejarahnya adalah kerajaan besar, dahulu kebesaran ternate dan tidore diakui oleh kerajaan nusantara.

Hal yang sama juga terjadi di aceh, banten, demak, tuban, gresik dan banyuwangi, serta daerah pesisir lainnya, merupakan kerajaan besar di jamannya. Tapi sekarang ini, mereka jauh tertinggal dengan daerah daratan.

Ketika pembangunan daerah pesisir tertinggal, dengan sendirinya, pulau terpencil juga kurang mendapat perhatian. Hingga masyarakat indonesia terkaget2 ketika era preaiden SBY pulau sipadan dan ligitan berhasil di rebut malasyia.

Ketika sekarang ini,  perairan natuna dan sekitarnya sering dimasuki oleh nelayan cina/tiongkok, dan kita heran ketika mereka menyanggah mencuri dari perairan indonesia, mereka bersikukuh ada diperaian cina. Baru terbuka mata kita, bahwa perairan natuna telah menjadi incaran pemerintah tiongkok. Sampai presiden jokowi unjuk gigi dengan rapat diatas kapal perang di perairan natuna.

Lebih strategis lagi, jika pemerintah mau membangun pangkalan perang di pulau2 terluar. Jangan sebaliknya, seperti pulau terluar justru tenggelam karena pasirnya di jual ke singapura, dan singapura justru melakukan reklamasi pantai mengarah ke perairan indonesia.

Jika pertahanan negara berfokus di daerah perbatasan, maka bisa dipastikan daerah yang ditengah juga aman. Hal ini yang dilakukan negara paman sam, mereka tidak hanya berfokus dipinggiran, tapi sudah membuat pangkalan militer diluar negara mereka. Artinya, ketika terjadi perang dengan negara lain, maka medan perangnya tidak di wilayah paman sam. Sehingga rakyatnya obama tetap aman.

Seperti kata pepatah, lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Apabila pemerintah jokowi dengan nawacita nomor 3,  berfokus membangun dari pinggir. Artinya pinggiran perbatasan, sehingga wilayah pinggiran tidak lepas atau diakui negara lain, dan juga terjadi pemerataan pembangunan.

Dan yang paling prioritas dan mendesak sekarang ini adalah dengan membangun pangkalan militer di natuna. Jika tidak, maka tiongkok akan semakin agresif untuk mengakui perairan natuna.

Akhirnya ada gulingnya juga

Meski tidak sering dan rutin nginap di hotel, tapi akhirnya menemukan juga hotel yang menyediakan "guling". Sebuah benda yang terbuat dari bahan yang sama dengan bantal, berbentuk bulat panjang seperti sosis.

Bagi yang sudah terbiasa tidur dengan guling, pasti refleks kakinya akan sulit menyesuaikan jika tidak ada guling. Bisa jadi guling adalah hal sederhana sebagai pelengkap tidur, tapi, sebenarnya sangat mempengaruhi kenyaman saat menjelang tidur. Apalagi jika tidur sendiri.

Hotel yang melengkapi kamarnya dengan guling tersebut adalag hotel ibis style jemursari di surabaya. Artinya, pengelola hotel berani keluar dari pakem dan standar hotel internasional yang selama ini menjadi standar hotel2 di indonesia.

Dan akan menjadi lebih sesuai lagi, jika di kamar selalu disediakan sajadah, bukan hanya penunjuk arah kiblat. Sebab pasti banyak pengunjung hotel yang muslim.

Guling, tradisi tidur masyarakat indonesia....

Mudik dan kembali menemukan kemanusiaan

Mudik, tradisi pulang kampung saat hari raya idul fitri, merupakan budaya khas bangsa indonesia. Tidak banyak di negara2 lain yang memiliki budaya kumpul keluarga dalam hari2 besar tertentu. Kalau di paman man mungkin hampir sama dengan thanks giving. Di malaysia, meski penduduknya juga banyak yang muslim, tetapi tidak semeriah idul fitri di indonesia. Bahkan di arab saudi yang tempat islam itu lahir, kebiasaan idul fitri tidak seperti di indonesia, kebiasaan berkumpul dan bersilaturahmi dengan  saudara, kerabat dan teman.

Banyak hal kebiasaan sehari2 yang berubah total ketika ada mudik.

Jakarta yang biasanya rame, jalanan padat, tiba2 tampak sepi. Perilaku pengendarapun ikut berubah, aparat dalam menjaga lalu lintas juga berubah, bahkan cara membaca rambu2 lalu lintaspun ikut berubah.

Di jakarta di dalam jalan kecil dan gang atau di samping gedung2 tinggi biasanya akan padat warung kecil yang berhimpitan, tiba2 sepi,  bahkan tidak ada aktivitas sama sekali.

Dan anehnya, selalu diikuti berita kebakaran rumah warga di kawasan kampung2 kumuh jakarta. Dan biasanya aliran listrik serta kompor meledak yang selalu jadi kambing hitamnya. Paling mudah dijadikan alasan karena memang tidak akan ada yang protes.

Media televisi yang biasanya kurang memberi perhatian kepada jalanan dan tol, gerbang tol luar kota, stasiun, bandara, terminal dan pelabuhan, tiba2 menjadi tempat liputan live yang paling sering. Meski tetap kalah update dan kuantitasnya dengan berita bola.

Di kampung, yang biasanya sepi, tiba2 menjadi rame. Rumah2 warga akan tampak mobil parkir dengan plat B (betawi). Setiap warga ketemu akan tampak saling bersalam2an.

Meski lebaran di kampung tidak lama, tapi tetap diusahakan untuk bisa ketemu dengan saudara dan kerabat dan teman. Sehingga disela2 waktu yang sempit, capek, biasanya mereka masih tetap semangat bersilaturahmi.

Saat mereka bertemu saudara, kerabat dan teman2 lama...mereka seakan telah menanggalkan egoisme diri yang selama ini melekat di keseharian saat di jakarta. Sifat loe2, gue2 yang identik dengan individualisme warga jakarta.

Kemanusiaan mereka menyala kembali saat kampung halamannya menunjukkan sifat kekeluargaan, keramahan dan kepedulian yang selama ini terkikis di kerasnya kehidupan jakarta.

Kampung halaman dengan segala budaya kemanusiaan yang memanusiakan telah mampu melakukan cas/isi ulang benih2 kemanusiaan yang hampir padam. Disadari atau tidak, kemanusiaan itu akan mampengaruhi keseharian selanjutnya saat kembali ke hutan rimba beton, kampungnya si pitung, jakarta.

Mudik, obat tumbuh kembang kemanusiaan dari budaya leluhur.

Selamat bermudik....selamat menemukan kembali kemanusian....selamat merayakan idul fitri. Barakallohu.....

Sabtu, 25 Juni 2016

Suporter bola, sisi lain cermin manusia indonesia?

Ntah sudah yang ke berapa kalinya, suporter bola ribut. Baik dengan suporter rival tanding, atau dengan masyarakat setempat,  dengan warga yang hanya sekedar lewat, bahkan dengan aparat penjaga.

Suporter klub bola mana yang belum pernah ribut?  Sepertinya hampir semua sudah pernah.

Mengapa suporter itu seringkali buat ulah, kasihan masyarakat biasa yang benar2 ingin menikmati bola, akhirnya menjadi was-was. Bahkan masyarakat yang berada disekitar jalur yang dilewati kendaraan suporter saja juga kwatir.

Mengapa suporter ini  belum terbiasa dengan sikap simpatik, baik ketika timnya kalah ataupun menang. Perlu dilakukan penelitian khusus. Apakah sikap mereka ini memang karena kecintaannya kepada klub idolanya, atau karena sebab lainnya. Misalnya, masalah sosial  lainnya tapi pelampiasannya pada saat nonton bola.

Jangan2 sikap suporter bola itu sudah bisa menjadi cermin manusia indonesia....meski hanya sebagian kecil (sekali) dari masyarakat bola indonesia. Bisa jadi sportivitas bola di indonesia ini rusak karena ulah sedikit (sekali) pecinta bola dan diamnya pecinta bola yang baik. Sehingga seolah2 pecinta bola yang buat ulah ini banyak dan di setujui.

Harus dilakukan langkah2 yang berbudaya, sehingga semua bisa menikmati bola. Misalnya::
1. Setiap penonton harus mengajak anak dan istrinya. Ketika mereka akan buat ulah, mereka akan berpikir keluarganya yang juga sebagai penonton akan kena dampak. Sehingga mereka akan berhati2 ketika akan membuat ulah.
2. Setiap suporter harus di edukasi, bahwa menonton bola itu penting, tapi memanusiakan manusia itu jauh lebih penting.
3. Harus ada tindakan tegas terhadap suporter yang buat ulah, jangan selalu dilindungi.
4. Sediakan arena tanding karate/pencak/ tinju atau lainnya di sekitar tempat pertandingan, sediakan arena profesional. Biar bakat suporter itu tersalurkan. Jangan hanya berani main keroyokan saja.

Jika sekarang ini sudah disediakan arena untuk menonton bola, tapi bikin ulah, ribut dan berkelahi. Apakah kalau disediakan arena karate/pencak/gaya bebas mereka juga punya nyali untuk tanding? Atau bisa menang di arena profesional? Jika tidak, terus piye mau nya?

Jumat, 24 Juni 2016

Gagal fokus, citra KDH dan pembangunan daerah

Sekarang ini bulan2 nyusun KUA dan PPAS bagi pemerintah daerah, artinya bulan bagi DPRD untuk ikut membahas dan selanjutnya menetapkan.

Permasalahan dalam pembahasan KUA dan PPAS diantaranya adalah sulitnya menentukan prioritas pemda. Pada prinsipnya tugas pemda saat di bentuk adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut pada dasarnya banyak, terdapat sekitar 32 pelayanan (urusan pemda).

Dari 32 urusan tersebut pada prinsipnya hanya pemda yang tahu apa saja yang prioritas. Dan biasanya prioritas ini diperoleh dari visi misi calon kepala daerah, musrenbang ataupun dan pokok2 pikiran DPRD serta nawacita presiden jokowi.

Ternyata, banyak pemda yang belum bisa menentukan apa yang menjadi prioritas. Artinya urusan yang harus dilaksanakan pemda seringkali di anggap memiliki prioritas yang sama.

Jika dilihat sekilas hampir semua urusan pemda adalah prioritas. Tapi, mengapa pemda tidak bisa menentukan mana yang paling2 prioritas?

Misalnya, ketika pak untung  saat itu menjabat bupati sragen membuat prioritas terkait pelayanan publik harus cepat, mudah dan murah, dan hal itu dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, maka saat itu sragen menjadi contoh yang baik dalam pemberian pelayanan publik.

Hal yang sama, ketika bupati jembrana fokus di pelayanan dasar kesehatan, bahwa setiapa warga jembrana gratis berobat, bahkan sampai ke rumah sakit diluar kota. Maka jembrana menjadi best practise penyediaan layanan kesehatan gratis.

Begitu pula dengan ibu risma walikota surabaya, beliau fokus menjaga kebersihan kota surabaya, selain itu juga beliau fokus untuk memberikan pelayanan secara personal untuk kejadian yang bersifat khusus atau komplain masyarakat.

Dan terakhir, bupati batang, beliau fokus dengan melakukan transparansi pengelolaan APBD.

Memang betul, yang dilakukan bukan hanya hal2 tersebut, masih banyak hal penting lainnya yang belum terungkap. Tetapi paling tidak, ketika kepala daerah tersebut fokus melakukan sesuatu untuk daerah, dan berhasil, maka akan mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat.

Belajar dari kejadian diatas, sudah saatnya setiap daerah membuat program unggulan atau prioritas. Dan semua stakeholder, khususnya kepala daerah dan DPRD harus memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan.

Mau membangun daerah? Tentukan dahulu yang menjadi FOKUS, FOKUS DAN FOKUS daerah. Selanjutnya baru KERJA, KERJA dan KERJA.

Senin, 20 Juni 2016

Rapor dan nilai kejujuran

Berani Jujur Hebat. Sebuah kata yang masih sering terbaca pada gambar/spanduk yang menutupi sebagian gedung KPK di media elektronik.

Sedikit pendidikan formal sekarang ini yang memberikan penilaian dan reward atas kejujuran siswa. Hal ini bisa dilihat dari penilaian pada rapor yang didominasi oleh bidang studi mata pelajaran, bukan perilaku jujur. Bahkan penerimaan siswa baru pun tidak terlihat adanya test atau penilaian kejujuran.

Apapun alasannya, pendidikan formal telah disibukkan dengan penilaian yang bersifat kuantitatif, dan terkadang ujian yang bersifat sementara yang hanya beberapa hari saja.

Begitu pula di tempat kerja, khususnya di birokrasi, audit BPK masih menekankan pada audit dokumen. Audit yang mencocokan kesesuaian dokumen perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan serta pertanggungjawaban,  khususnya dari sisi akuntansi. Pengaturan audit sepertinya kurang begitu memberikan ruang kejujuran bagi yang diperiksa.

Kejujuran bukanlah seperti pelajaran matematika, begitu diajarkan, dipahami, diberi beberapa contoh, kemudian siswa mampu mengerjakan soal ujian.

Pelajaran kejujuran penekanannya lebih ke olah rasa. Rasa yang ada di dalam jiwa. Sehingga dalam mempelajari, melaksanakan dan memberikan penilaian, tidak bisa hanya sekali. Tapi harus dilakukan berulang kali, terus diulang dan perlu latihan yang kontinyu.

Bulan puasa merupakan arena latihan kejujuran yang ideal, dimana saat berpuasa ketika tidak ada  yang mengawasi (orang tua, guru, pimpinan, polisi, jaksa dan KPK, BPK, dll) tetap melaksanakan puasa, tidak berbohong pada diri sendiri dan orang lain meski ada kesempatan dan kemudahan.

Sulitnya berlaku jujur, tidak terlepas dari pengaruh hawa nafsu yang cenderung untuk memenuhi keinginan diri manusia. Saat ini, yang diperlukan oleh siswa dan warga masyarakat adalah kesempatan dan ruang untuk berlaku jujur. Jangan sampai bagi mereka yang sudah berani jujur, justru hancur,  padahal berlaku jujur itu memerlukan usaha yang luar biasa.

Seandainya, umat Nabi Muhammad dalam keseharian mampu berlaku jujur layaknya menunaikan puasa ramadhan, pastilah negeri ini akan penuh berkah dan ampunan.

Selasa, 14 Juni 2016

Gus Mus, islam dan kemanusiaan

Tak banyak ulama yang memiliki multi talenta dan kemampuan seperti Gus Mus (Mustofa Bisri Rembang).

Ketika duduk bersama ulama terlihat jelas ketawadhu'annya dalam beragama.

Ketika membacakan puisinya terdengar jeritan hati atas keprihatinan terhadap bangsa ini.

Ketika melukis tergores kuat keresahan dan kedukaannya karena bencana moral kemanusiaan

Tulisannya sederhana dan selalu menyajikan kejujuran masyarakat.

Dakwahnya selalu dengan guyonan dan candaan karena mencontoh nabinya. Tapi justru  itu terlihat yang sebenarnya, islam  sebagai agama kemanusiaan, islam yang penuh kedamaian.

Jika ingin melihat islam yang menyejukkan dan menentramkan, lihat dan dengarlah Gus Mus.

Minggu, 12 Juni 2016

Hukum puasa bersama smartphone

Puasa itu prinsipnya menahan nafsu. Nafsu yang ada dalam diri manusia, yang disalurkan melalui 9 rongga badan dan  anggota badan.

Era dimana hampir setiap orang pegang handphone/hp (smartphone) sekarang ini, dapatkah penggunaan hp hukumnya sudah bukan lagi sekedar wajib atau sunah, tapi justru menjadi haram.

Misalnya, saat sholat jumat beberapa jamaah meskipun tidak ngobrol (bicara) tapi justru main hp.

Sama dengan ketika puasa apakah pegang hp sudah bisa di kategorikan mubah, makruh atau sudah menjadi haram. Bagaimanapun juga, pegang hp terkadang sudah tidak karena kebutuhan lagi (tlp, sms, ngetik, ngenet dll) tapi sudah menjadi mesin pembunuh waktu atau pelarian dari kebosanan. Berselancar dan ngegame dengan hp sudah hampir sama dengan ngabuburit secara fisik.

Maksudnya, apakah ketika bosan atau malas, kemudian berselancar dan mainin game di hp berjam2 menjadi haram? Bisa jadi maksudnya sengaja melupakan lapar saat puasa.

Tidak mudah menjawab ini, seperti kata teman madura, kalau di tanya fiqh terhadap apapun jawabnya selalu "tidak tentu". Misal, hukum makan? Tidak tentu, tergantung apakah makanan halal atau haram, seandainya makanan halal, juga masih tidak tentu, sebab apakah uang untuk membeli makanan itu juga halal? Anggap saja halal, hukumnya tetap tidak tentu, yang makan lagi puasa atau tidak? Begitu seterusnya......hukum makan selalu tak tentu.

Bagaimana dengan hukum pegang hp disaat puasa ramadhan? Apakah termasuk halal, mubah, makruh, atau haram? Kata teman dari madura pasti "tidak tentu".

Sabtu, 11 Juni 2016

Pemerintah vs pengusaha dalam ritual lebaran

Menjelang idul fitri, sudah menjadi kebiasaan, bahkan menjadi ritual tersendiri bagi keluarga muslim untuk menyambut datangnya hari yang penuh berkah. Dari mulai menyiapkan baju baru, perlengkapan sholat baru, hidangan makanan dan minuman untuk sanak saudara,  hingga menyiapkan uang pecahan.

Ternyata, pemerintah juga memiliki ritual sendiri menjelang hari kemenangan tersebut, misalnya menjaga ketersediaan sembako, bbm, menjaga arus lalu lintas khusunya bagi yang mudik dengan motor,  listrik dan ngebut perbaikan jalan, khususnya pantura, apalagi sebelum beroperasinya tol cipali.

Aneh bin ajaib terjadi dengan daging sapi,  disaat yang sama, berulang tiap tahun, pemerintah selalu kesulitan mengendalikan kenaikan harga daging sapi.

Bukankah daging sapi itu sesuatu yang nampak? Jumlah rumah potong hewanpun juga sudah terdaftar, apalagi importir daging sapi pasti terdaftar di kementan. Dan masih ada penjagaan pelabuhan dan bandara untuk barang2 yang akan masuk indonesia.

Dimana sulitnya? Apakah karena indonesia yang luas? Apa karena database rumah potong dan importir itu kurang valid? Atau di balik mereka itu semua ada tangan2 yang tidak terlihat yang ikut menikmati atas kenaikan harga daging sapi tersebut?

Terkadang sebagai rakyat biasa, sulit dimengerti mengapa pemerintah (bahkan negara) kalah dengan pengusaha?  Mengapa pemerintah seolah tidak berdaya menghadapi kenaikan harga daging sapi. 

Sepertinya, setiap kebijakan yang akan dan telah diambil pejabat selalu sudah di ketahui oleh pengusaha, bahkan bisa jadi sudah dikendalikan, meski pejabatnya mungkin merasa tidak dikendalikan.

Apa perlu bantuan intelijen negara untuk membantu membuat kebijakan daging sapi? Bila perlu untuk pembuatan kebijakan impor lainnya, seperti impor garam, impor kedelai, impor beras, minyak goreng dan lainnya.

Atau setidaknya, perlu dilakukan pelatihan untuk perbaikan pengelolaan database di kementerian, khususnya terkait dengan kerahasian data2 yang penting dan strategis. Seperti Densus 88 yang telah mendapatkan (bantuan) banyak pelatihan.

Dan pastinya, TNI dan polri lah yang paling menguasai dibidang itu.

Atau harus menunggu keadaan darurat ??

Waktu musibah


Pertama, Minggu, 26 Desember 2004, pukul 7.59 waktu Aceh, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatera, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai. Hanya dalam beberapa jam saja, gelombang tsunami dari gempa itu mencapai daratan Afrika.

Kedua, Sabtu pagi pukul 05.53 WIB. Tanggal 27 Mei 2006. Di Kota Pelajar, Yogyakarta, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,3 SR. Gempa tersebut telah meluluhlantakkan daerah-daerah di wilayah Provinsi DIY dan sebagian Provinsi Jawa Tengah.

Ketiga, Siang menjelang sore itu, pada tanggal 11 Maret 2011, sekitar pukul 14.46 waktu tohoku jepang, gempa berkekuatan dahsyat 9 skala Richter mengguncang kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jepang.

Mengapa bencana alam itu saat ada matahari? Bahkan setelah matahari terbit? Adakah kaitannya dengan waktu malam yang sebagian umat manusia bermunajat?

Singa Sang Pengendali

Ketika cerdik pandai bangsa dan lembaga negara, pemerintah & BUMN masih sibuk mengartikan pasal 33 UUD NRI tentang maksud arti kata "dikuasai", apakah dikuasai itu harus dimiliki atau menguasai dalam mengontrol? Ternyata singapura berlahan namun pasti "sudah hampir" mengendalikan ekonomi bangsa ini.

Sumberdaya apa yang tidak dimiliki singapura, tapi dimiliki indonesia dan indonesia belum mampu mengelola keseluruhan atau sebagian, yang akhirnya sumberdaya itu di kelola singapura?

Misal, pertama kilang minyak, kenapa juga dahulu mendirikan anak perusahaan petral di singapura? Apapun alasannya, pasti sangat merugikan, minimal dalam perdagangan minyak yang besar harus mengikuti aturan singapura, dan tentu saja aturan itu dibuat untuk menguntungkan negeri singa tersebut. Khususnya petral harus bayar pajak badan usaha dan pajak jual beli. Suatu prestasi yang luar biasa, dan tentu memerlukan keberanian bagi pemerintahan jokowi untuk membubarkan petral.

Sekarang ini begitu mudah kita nemuin DBS bank milik singapura di jakarta atau kota besar lainnya, tapi betapa sulitnya mencari bank bumn indonesia di singapura. Bukan berarti bank bumn tidak mampu mendirikan kantor cabang disana, tapi lebih kepada sulitnya ijin dari pemerintah sana.

Sebenarnya bukan hanya bank singapura yang banyak di indonesia, tapi juga bank2 milik asing lainnya. Sejak reformasi 1998 indonesia sudah membuka liberalisasi  perbankan. Sehingga mereka sudah melebarkan sayapnya ke indonesia. Belum lagi jika diperhatikan, bank swasta indonesia yang di beli singapura seperti bank danamon dan lembaga keuangan adira finance. Tapi tidak sebaliknya.

Garuda indonesia boleh bangga menjadi maskapai yang terus tumbuh dan menjadi anggota skytrex. Tapi, pernahkan garuda atau kementerian BUMN mempublikasikan berapa jumlah penerbangan garuda ke changi singapura? Dan bandingkan dengan jumlah penerbangan maskapai SIA (bumn singapura) ke seluruh bandara2 yang di indonesia? Pasti timpang sekali. Mengapa? Karena antar penguasa bandara di indonesia tidak kompak antar mereka dan juga dengan garuda. Meskipun mereka sama2 bumn indonesia.

Berapa banyak apartemen yang dibangun dari pemodal singapura. Sehingga sulit dimengerti, mengapa bangsa indonesia sibuk ngurusin perumahan untuk orang2 tidak mampu, tapi untuk perumahan elite diserahkan ke swasta asing.

Belum lagi pemerintah harus menggusur warga miskin dengan seribu alasan yang bisa dibuat, begitu lahan kosong ternyata langsung berdiri mall dan apartemen milik swasta.

Secara ekonomi, bagi singapura, indonesia mungkin dianggapnya seperti kantor cabang perusahaan singapura. Kantor cabang yang bertugas mensuplay barang mentah dan menyalurkan barang dagangan dari singapura.

Ada 2 hal prinsip yang dilakukan singapura untuk itu, pertama dengan mendirikan atau membeli saham2 perusahaan yang ada di indonesia. Hal ini bisa dengan mudah, karena hingga saat ini tidak bisa terlihat dengan jelas hubungan pemilik saham yang sebenarnya dengan yang hanya pinjam nama. Apalagi dengan kepemilikan saham yang beranak pinak ke cucu hingga cicit dan canggah.

Kedua, dengan melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan indonesia. Sehingga perusahaan tersebut untuk jangka panjang dikelola singapura. Dan biasanya ini pilhan terakhir bagi mereka.

Mengapa singapura bisa melakukan itu semua? Karena negara singapura lebih kuat dibandingkan dengan masyarakatnya, dan koordinasi pengelolaan antar bumn singapura yang sangat baik, sentralistik, sehingga implementasinya menjadi mudah dan cepat.

Bandingkan dengan koordinasi antar bumn indonesia. Bagaimana kemarin kereta api untuk bisa masuk ke pelabuhan priuk saja kesulitan karena pelindo lebih memilih moda transportasi truk kontainer yang milik swasta.

Bagaimana mungkin bisa terjadi, bumn transportasi laut pt. Djakarta Llyod bisa bangkrut, padahal luas laut indonesia 2/3 daratan, ditambah dengan penuhnya kapal asing dilaut indonesia.

Sayang sekali belum banyak dipublikasikan, hasil penelitian pemerintah, LIPI, UI, UGM dll terkait penguasaan singapura atas sumberdaya indonesia. Biar bangsa ini tahu siapa sebenarnya ancaman pertahanan negara.

Apakah harus menunggu Badan Intelijen Pertahanan yang baru di bentuk Kemenhan untuk bisa mensinergiskan semua kekuatan dalam menghadapi ancaman militer, politik, ekonomi dan sosial.

Sehingga terwujud  nawacita ke 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Bukankah bangsa indonesia sendiri sudah mengalami pergantian rezim pemerintahan karena ada krisis politik dan ekonomi secara bersamaan di era presiden sukarno dan presiden suharto. Apa jadinya jika singapura tiba2 menarik investasinya di indonesia dengan mendadak?

Jika nawacita ke 7 tidak terwujud, jangan heran jika bangsa yang besar ini secara ekonomi akan dikendalikan oleh singapura yang besarnya hanya seper sekian ribu luas indonesia.

Jumat, 10 Juni 2016

Dunia dulu, sekarang dan nanti

Siapa yang tidak tertawa melihat film tahun 1980an "The Gods Must Be Crazy", seorang kulit hitam pedalaman, dengan segala keluguan, dan juga kecerdasannya,  dipaksa hadir dalam dunia modern, seolah2 dunia sekarang ini sudah begitu maju, sehingga tampak begitu menakjubkan baginya. Tapi benarkah dunia sekarang lebih maju dibandingkan dunia lalu?

Mari melihat kebelakang ratusan tahun lalu, ternyata manusia sudah mampu berkeliling dunia meski dengan kapal laut, meski dengan kapal tenaga manusia dan angin.

Dan borobudur, prambanan, piramida mesir, candi2 di thailand juga membuktikan bahwa manusia jaman dulu sudah mampu membuat bangunan yang tinggi, kuat, rumit, dan dengan  karya seni yang luar biasa. Bukankah untuk bisa membangun itu semua membutuhkan ilmu matematika, fisika, kimia, sipil dan seni.

Bahkan menurut cerita di gunung pradang jawa barat ada candi yang lebih besar daripada borobudur.

Itu salah satu bukti  fisik yang nampak kasat mata. Apa buktinya hanya itu saja?  Masih banyak lagi bukti lainnya.

Pertama, dari sisi bahasa, bagi yang memahami bahasa jawa, bila dicermati, maka akan terlihat kemajuan bahasa jawa tersebut, bahkan dibandingkan dengan bahasa melayu. Dari sisi kekayaan kata/idiom untuk semua kejadian dan proses merupakan bukti yang luar biasa.

Misal, perubahan sebutan buah kelapa, bila masih kecil di sebut bluluk, agak besar cengkir, agak besar lagi degan dan akhirnya menjadi kelapa. Suatu sebutan dari proses menjadi buah dari tumbuh2an, sehingga dapat dengan mudah untuk dikomunikasikan bersama. Betapa mudahnya dalam diskusi ketika bisa menyebutkan asem, kecut, amis, lengur, lebus, pesing dan lainnya. Bandingkan dengan bahasa indonesia, pasti akan kesulitan kata ketika harus mengungkap bau dari air kencing. Itu semua  merupakan bukti kemajuan bahasa jawa.

Kedua, kemajuan pakaian. Bisa dilihat betapa kekayaan busana daerah yang luar biasa, dengan bahan dan model yang luar biasa.  Mungkin hanya ada di indonesia, pakaian yang bernama sarung. Suatu busana yang praktis, dan fleksibel, dan bisa digabung dengan model lainnya tanpa kehilangan status sosial.

Ketiga, keris. Jika dicermati, teknologi di balik pembuatan keris merupakan hal yang luar biasa. Ternyata keris itu bukan sembarang baja, karena bahan keris jaman dahulu sudah di campur dengan batu meteor. Kalau dipikirkan, darimana mereka mendapatkan batu meteor? Dan bagaimana mereka mengolah sehingga menjadi adonan besi baja yang sangat kuat. Dan tentu saja tetap dengan nilai seni yang tinggi.

Keempat, makanan. Jika sekarang ini pengawetan makanan dengan bahan kimia, seolah2 baru ada sekarang. Padahal, sejak dahulu sudah dikenal cara mengawetkan makanan. Lihatlah makanan gudeg khas yogya,  bukankah nangka yang sudah diolah bisa dimakan untuk jangka 1-2 minggu. Dan juga tape, apalagi peyem bandung, pasti masih banyak orang yang terkagum2 melihat hasil olahan ketela yang masih utuh bisa menjadi peyem.

Kelima, minuman. Bisa jadi terdapat ribuan minuman, dari sekedar untuk menghilangkan haus dan dahaga, untuk kesegaran, hingga untuk pengobatan. Dari aceh sampai papua terdapat jamu2an yang berasal dari resep yang sudah dipakai turun temurun.

Cobalah perhatikan penambahan jumlah penduduk dunia, mengapa dunia tidak pernah penuh sesak oleh manusia? Apa tidak ada kaitannya dengan diketemukannya borobudur yang dulu tertimbun dalam tanah dan peninggalan lainnya yang masih dibawah tanah. Artinya, sangat mudah bagi Allah untuk membalikkan lapisan tanah ini, sehingga umat manusia dan peradabannya kembali ke awal. Seperti di reset dalam dunia ICT.

Bukankah mesir dengan fir'aunnya juga sejahtera ratusan tahun,  jerman dimasa hitler juga mencapai puncak kejayaannya. Jadi, janganlah terlalu kagum dengan kemajuan suatu bangsa, sebab tanpa berkah dan ampunan dari Allah, bangsa itu pasti akan hancur.
“Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan pada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al A’’Raf(7):96)

Jadi, masihkah kagum dengan kemajuan dunia yang sekarang? Kemajuan suatu bangsa terhadap bangsa lainnya? Atau justru takut dengan kemajuan bangsa lain tersebut? Bahwa, dunia yang sebagian besar prosesnya digerakkan oleh listrik dan IC,  dan dikendalikan oleh penguasa yang terlalu cinta dunia, dan juga sebagian besar masyarakatnya terjebak dalam hedonisme, maka tidak perlu heran jika suatu saat mereka akan hancur juga.

Masalahnya, apakah penduduk negeri indonesia yang sebagian besar muslim ini percaya surat Al A’’Raf(7):96 tersebut? jika percaya maka sudah seharusnya berlomba menjadi hamba yang beriman dan takwa. Bukan sebaliknya, ikut2an berlomba menumpuk harta benda.

Kalau sudah begini, terus ikipiye?

Kamis, 09 Juni 2016

Mudik dan dana transfer

Liburan panjang di awal bulan mei kemarin telah membuktikan, bahwa jumlah uang yang beredar didaerah, yang dibawa pemudik membuktikan mampu menggerakkan ekonomi daerah lebih cepat meski hanya sesaat. Dan liburan idul fitri 2016 pasti akan memberi dampak yang sama.

Sekilas, akan tampak bahwa dengan perputaran orang di daerah, berdampak pada perputaran  peredaran uang di daerah, yang akhirnya akan berdampak meningkatnya perekonomian di daerah, dan tentu saja akan mengurangi kesenjangan perekonomian di jakarta dan daerah.

Mengapa para petinggi pembuat kebijakan pengelola APBN tidak belajar dari efek pemudik? Mengapa dana transfer tidak diperbesar, sehingga dana APBD dan APBDesa juga semakin besar. Yang akhirnya uang yang mengalir di daerah juga akan semakin banyak, sehingga perputaran ekonomi juga semakin meningkat, dengan sendirinya maka akan diikuti oleh orang2 untuk tetap di daerah.

Jika ini terjadi, maka tidak hanya akan mengurangi kemacetan di jakarta, tapi juga dampak sosial kemasyarakatan lainnya.

Apa sebab pusat terasa enggan memperbesar transfer ke APBD dan APBDesa? Keengganan ini sebenarnya sudah sejak jaman orde baru. Lihat saja bahwa belanja transfer APBN ke daerah masih tetap lebih kecil dibandingkan belanja oleh pusat.

Apa mungkin pusat tidak mengetahui multiplayer efek jika uang lebih banyak di kedaerahkan? Dengan banyaknya tenaga terdidik di DPR RI dan kemenkeu pasti sudah mengetahui. Tapi dalam praktek mungkin sangat sulit untuk memenuhi komitmen tersebut karena hal2 tertentu.

Bukankah setiap lebaran fenomena mudik terjadi tiap tahun? Mengapa tidak menjadi pelajaran? Apakah ini juga akan dianggap sama dengan perbaikan jalan pantura setiap tahun menjelang lebaran. Hanya rutinitas biasa, rutinitas sosial budaya, tanpa memperhitungkan dampak ekonomi.

Jika pusat masih senang mengelola dana besar, maka jangan heran bila semakin jauh untuk mewujudkan sila kelima, keadilan bagi seluruh rakyat indinesia.

Dan tentu saja kurang mendukung prioritas nawa cita, yaitu membangun dari  pinggir dan dari desa.

Terus, kalau begini, iki piye????

Rabu, 08 Juni 2016

Ramadhan dan makanan berpengawet

Salah satu hikmah dalam ramadhan ini adalah kegiatan pemerintah yang rutin melakukan pengawasan terhadap makanan berpengawet dan kadaluwarsa.

Makanan yang berpengawet diartikan sebagai makanan yang mengandung bahan pengawet yang tidak memenuhi standar kesehatan, biasanya selain karena beda peruntukan,  juga jumlahnya yang tidak sesuai. Banyak sekali bahan pengawet yang sebenarnya bukan untuk makanan, tetapi digunakan untuk makanan. Selain itu, masih masivnya penggunaan yang berlebih2an.

Tentu saja pengawet yang ada didalam makanan itu akan berdampak tidak baik pada kesehatan tubuh. Baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dan tidak semua tubuh bisa merasakan dampaknya langsung.

Seandainya, sebagian besar masyarakat telah makan makanan yang berpengawet (tahu, tempe, ayam, ikan, daging yang berformalin) yang akhirnya organ2 dalam tubuh akan rusak, hingga tubuh tidak akan lagi mampu menahan. Maka tidak heran, bila sekarang banyak sekali masyarakat yang terkena penyakit ginjal, gula, stroke dll. Dan sangat mungkin penyebab utama itu semua karenan makanan yang berpengawet.

Disisi lain, pemerintah berusaha memberikan pelayanan kesehatan melalui BPJS. Suatu hal yang sangat bagus sekali. Hingga saat ini BPJS memang lebih fokus pada penyembuhan, bukan pencegahan.

Tapi terasa kontradiktif. Disatu sisi pemerintah terkesan membiarkan dengan mudahnya bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet makanan, disisi lain pemerintah menyehatkan masyarakat melalui BPJS. 

Dua hal yang bertentangan dan kontradiktif terjadi, dan akhirnya masyarakat juga yang menjadi korban. Apa enaknya hidup sakit meski ada BPJS.

Kesan pembiaran beredarnya bahan pengawet begitu terasa, padahal hal itu bisa jadi lebih berbahaya daripada rokok. Memang betul rokok memperburuk kesehatan, tapi rata2 perokok sudah sadar, sehingga sudah ada persiapan. Tapi pengawet makanan itu hadir tanpa disadari oleh yang mengkonsumsi, makanan berpengawet, seringkali dari tampilannya memang menarik, rasanya lebih enak, tahan lama, tapi semua hanya kenikmatan sesaat.

Yang paling membahayakan dimana anak2 pun ikut juga mengkonsumsi. Artinya badan mereka masih terlalu lemah untuk melawan bahan2 pengawet yang meracuni tubuh mereka. Sehingga jangka panjang mereka kemungkinan akan tumbuh dengan tubuh yang kurang sehat akibat bahan pengawet.

Mungkin sekarang ini, hal paling sulit dihindari adalah menghindari makanan berpengawet. Dari mulai makanan dengan kemasan yang mewah di mall, atau makanan yang dijual tanpa bungkusan, bahkan masih bahan mentah saja sudah mengandung bahan pengawet.

Semoga dengan puasa ramadhan, bila sering berbuka makanan di rumah, dapat menghindari makanan berpengawet, paling tidak mengurangi.

Kami ingin pulang ibu (pertiwi)

Puasa pertama Ramadhan telah dilalui, betapa masyarakat muslim jakarta sangat antusias untuk menunaikan puasa. Saat jam 15an jam kantor pulang, tiba2 jalanan menjadi sangat penuh. Lebih lambat 30 menit begitu mempengaruhi waktu sampai ke tujuan. Bukan deret hitung, tapi deret ukur.

Apakah hal ini hanya terjadi di jakarta? Tentu saja tidak. Hal sama juga terjadi di kota2 besar lainnya di indonesia, kelihatan sekali perubahan kebiasaan masyarakat di awal ramadhan.

Lalu, bagaimana dengan warga negara indonesia yang lagi di luar negeri? Khususnya yang menjadi TKI. Pasti mereka akan menginginkan suasana ramadhan seperti di indoneaia. Apalagi nanti jika takbir dikumandangkan, akan terasa sangat menyayat hati, hingga muncul kerinduan kepada ibu bapak dan ibu pertiwi Indonesia.

Ibu (pertiwi) kami merindukanmu..... indonesiaku.