Jumat, 10 Juni 2016

Dunia dulu, sekarang dan nanti

Siapa yang tidak tertawa melihat film tahun 1980an "The Gods Must Be Crazy", seorang kulit hitam pedalaman, dengan segala keluguan, dan juga kecerdasannya,  dipaksa hadir dalam dunia modern, seolah2 dunia sekarang ini sudah begitu maju, sehingga tampak begitu menakjubkan baginya. Tapi benarkah dunia sekarang lebih maju dibandingkan dunia lalu?

Mari melihat kebelakang ratusan tahun lalu, ternyata manusia sudah mampu berkeliling dunia meski dengan kapal laut, meski dengan kapal tenaga manusia dan angin.

Dan borobudur, prambanan, piramida mesir, candi2 di thailand juga membuktikan bahwa manusia jaman dulu sudah mampu membuat bangunan yang tinggi, kuat, rumit, dan dengan  karya seni yang luar biasa. Bukankah untuk bisa membangun itu semua membutuhkan ilmu matematika, fisika, kimia, sipil dan seni.

Bahkan menurut cerita di gunung pradang jawa barat ada candi yang lebih besar daripada borobudur.

Itu salah satu bukti  fisik yang nampak kasat mata. Apa buktinya hanya itu saja?  Masih banyak lagi bukti lainnya.

Pertama, dari sisi bahasa, bagi yang memahami bahasa jawa, bila dicermati, maka akan terlihat kemajuan bahasa jawa tersebut, bahkan dibandingkan dengan bahasa melayu. Dari sisi kekayaan kata/idiom untuk semua kejadian dan proses merupakan bukti yang luar biasa.

Misal, perubahan sebutan buah kelapa, bila masih kecil di sebut bluluk, agak besar cengkir, agak besar lagi degan dan akhirnya menjadi kelapa. Suatu sebutan dari proses menjadi buah dari tumbuh2an, sehingga dapat dengan mudah untuk dikomunikasikan bersama. Betapa mudahnya dalam diskusi ketika bisa menyebutkan asem, kecut, amis, lengur, lebus, pesing dan lainnya. Bandingkan dengan bahasa indonesia, pasti akan kesulitan kata ketika harus mengungkap bau dari air kencing. Itu semua  merupakan bukti kemajuan bahasa jawa.

Kedua, kemajuan pakaian. Bisa dilihat betapa kekayaan busana daerah yang luar biasa, dengan bahan dan model yang luar biasa.  Mungkin hanya ada di indonesia, pakaian yang bernama sarung. Suatu busana yang praktis, dan fleksibel, dan bisa digabung dengan model lainnya tanpa kehilangan status sosial.

Ketiga, keris. Jika dicermati, teknologi di balik pembuatan keris merupakan hal yang luar biasa. Ternyata keris itu bukan sembarang baja, karena bahan keris jaman dahulu sudah di campur dengan batu meteor. Kalau dipikirkan, darimana mereka mendapatkan batu meteor? Dan bagaimana mereka mengolah sehingga menjadi adonan besi baja yang sangat kuat. Dan tentu saja tetap dengan nilai seni yang tinggi.

Keempat, makanan. Jika sekarang ini pengawetan makanan dengan bahan kimia, seolah2 baru ada sekarang. Padahal, sejak dahulu sudah dikenal cara mengawetkan makanan. Lihatlah makanan gudeg khas yogya,  bukankah nangka yang sudah diolah bisa dimakan untuk jangka 1-2 minggu. Dan juga tape, apalagi peyem bandung, pasti masih banyak orang yang terkagum2 melihat hasil olahan ketela yang masih utuh bisa menjadi peyem.

Kelima, minuman. Bisa jadi terdapat ribuan minuman, dari sekedar untuk menghilangkan haus dan dahaga, untuk kesegaran, hingga untuk pengobatan. Dari aceh sampai papua terdapat jamu2an yang berasal dari resep yang sudah dipakai turun temurun.

Cobalah perhatikan penambahan jumlah penduduk dunia, mengapa dunia tidak pernah penuh sesak oleh manusia? Apa tidak ada kaitannya dengan diketemukannya borobudur yang dulu tertimbun dalam tanah dan peninggalan lainnya yang masih dibawah tanah. Artinya, sangat mudah bagi Allah untuk membalikkan lapisan tanah ini, sehingga umat manusia dan peradabannya kembali ke awal. Seperti di reset dalam dunia ICT.

Bukankah mesir dengan fir'aunnya juga sejahtera ratusan tahun,  jerman dimasa hitler juga mencapai puncak kejayaannya. Jadi, janganlah terlalu kagum dengan kemajuan suatu bangsa, sebab tanpa berkah dan ampunan dari Allah, bangsa itu pasti akan hancur.
“Jika sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan pada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al A’’Raf(7):96)

Jadi, masihkah kagum dengan kemajuan dunia yang sekarang? Kemajuan suatu bangsa terhadap bangsa lainnya? Atau justru takut dengan kemajuan bangsa lain tersebut? Bahwa, dunia yang sebagian besar prosesnya digerakkan oleh listrik dan IC,  dan dikendalikan oleh penguasa yang terlalu cinta dunia, dan juga sebagian besar masyarakatnya terjebak dalam hedonisme, maka tidak perlu heran jika suatu saat mereka akan hancur juga.

Masalahnya, apakah penduduk negeri indonesia yang sebagian besar muslim ini percaya surat Al A’’Raf(7):96 tersebut? jika percaya maka sudah seharusnya berlomba menjadi hamba yang beriman dan takwa. Bukan sebaliknya, ikut2an berlomba menumpuk harta benda.

Kalau sudah begini, terus ikipiye?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar