Liburan panjang di awal bulan mei kemarin telah membuktikan, bahwa jumlah uang yang beredar didaerah, yang dibawa pemudik membuktikan mampu menggerakkan ekonomi daerah lebih cepat meski hanya sesaat. Dan liburan idul fitri 2016 pasti akan memberi dampak yang sama.
Sekilas, akan tampak bahwa dengan perputaran orang di daerah, berdampak pada perputaran peredaran uang di daerah, yang akhirnya akan berdampak meningkatnya perekonomian di daerah, dan tentu saja akan mengurangi kesenjangan perekonomian di jakarta dan daerah.
Mengapa para petinggi pembuat kebijakan pengelola APBN tidak belajar dari efek pemudik? Mengapa dana transfer tidak diperbesar, sehingga dana APBD dan APBDesa juga semakin besar. Yang akhirnya uang yang mengalir di daerah juga akan semakin banyak, sehingga perputaran ekonomi juga semakin meningkat, dengan sendirinya maka akan diikuti oleh orang2 untuk tetap di daerah.
Jika ini terjadi, maka tidak hanya akan mengurangi kemacetan di jakarta, tapi juga dampak sosial kemasyarakatan lainnya.
Apa sebab pusat terasa enggan memperbesar transfer ke APBD dan APBDesa? Keengganan ini sebenarnya sudah sejak jaman orde baru. Lihat saja bahwa belanja transfer APBN ke daerah masih tetap lebih kecil dibandingkan belanja oleh pusat.
Apa mungkin pusat tidak mengetahui multiplayer efek jika uang lebih banyak di kedaerahkan? Dengan banyaknya tenaga terdidik di DPR RI dan kemenkeu pasti sudah mengetahui. Tapi dalam praktek mungkin sangat sulit untuk memenuhi komitmen tersebut karena hal2 tertentu.
Bukankah setiap lebaran fenomena mudik terjadi tiap tahun? Mengapa tidak menjadi pelajaran? Apakah ini juga akan dianggap sama dengan perbaikan jalan pantura setiap tahun menjelang lebaran. Hanya rutinitas biasa, rutinitas sosial budaya, tanpa memperhitungkan dampak ekonomi.
Jika pusat masih senang mengelola dana besar, maka jangan heran bila semakin jauh untuk mewujudkan sila kelima, keadilan bagi seluruh rakyat indinesia.
Dan tentu saja kurang mendukung prioritas nawa cita, yaitu membangun dari pinggir dan dari desa.
Terus, kalau begini, iki piye????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar