Sabtu, 27 Februari 2016

Seandainya soetta tanpa air dan tanpa listrik

Selama ini seringkali disampaikan betapa pentingnya air. Dari teori kebutuhan air untuk tubuh, untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk lingkungan.

Bahkan begitu pentingnya air, ada aturan di konstitusi. Bahkan pengelolaan air diprioritaskan kepada BUMN/D, dan swasta diberi ijin pengelolaan tapi dengan syarat yang sangat. Hal ini bisa dilihat dalam putusan MK tahun 2014 terkait pembatalan UU 7/2004 ttg sumber daya air.

Sudah banyak program pemerintah untuk pengelolaan air bagi masyarakat. Bahkan pernah ada program air siap minum dikawasan bandara soetta dengan menempatkan kran air siap minum di beberapa tempat di kawasan bandara. Tapi sepertinya program itu tidak begitu sukses. Jelas tidak akan jalan, mereka lupa, orang2 yang berkunjung ke bandara hampir semua orang2 mampu.

Tapi, betulkah  security penyediaan air bersih secara keseluruhan dibandara sudah menjadi perhatian khusus oleh pengelola bandara? Apa jadinya jika suplai air bersih dari PDAM kota tangerang ke bandara soetta berhenti 24 jam?

Sekarang ada program baru di kawasan bandara soetta, yaitu penyediaan listrik untuk ces HP. Sepertinya program tersebut sukses, hal ini bisa terlihat dari banyaknya pengguna, dan bergerombol untuk itu.

Bahkan dibeberapa tempat, bagi yang ingin ces HP sambil tetap menggunakan HP nya, mereka rela duduk dilantai. Bahkan ada yang duduk dekat bak sampah. Suatu keadaan yang menggambarkan, betapa masyarakat kota, khususnya yang di bandara sangat membutuhkan listrik.

Yang membutuhkan listrik tentu saja bukan hanya pengguna bandara, tapi juga pengelola bandara. Apa jadinya, jika tiba2 listrik utama dan cadangan di bandara soetta off 24 jam? Pasti semua penerbangan tertunda. Tapi betulkah security energy listrik sudah menjadi bagian yang penting bagi pengelola bandara?

Seharusnya semua sudah terlaksana, bukan hanya telah dipikirkan. Semoga....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar