Jumat, 27 Maret 2015

Gus Dur, Gus Miek dan Kemanusiaan

Siapa yang tidak mengetahui Gus Dur? Cucu kiai Hasyim Ashari, presiden ke 4, guyonannya, nylenehnya. Apalagi sikapnya yang sering berbeda dengan tokoh2 bangsa, khususnya dari kalangan islam sendiri, bahkan ada yang berpendapat Gus Dur tidak membela islam dan umat islam.

Mengapa demikian? Mengapa banyak orang berbeda pendapat dengan beliau? Apa bukan karena beda sudut pandang dan prioritas dalam berpendapat?

Gus Dur pernah mengatakan "Tidak Penting Apapun Agamamu atau Sukumu, Kalau Kamu Bisa Melakukan Sesuatu yang Baik untuk Semua Orang, Orang Tidak Akan Tanya Apa Agamamu !"

Ketika beliau memegang value kemanusiaan, dan itu prioritas bagi  beliau, apalagi konsisten dalam melaksanakan value kemanusiaan, maka menjadi sangat wajar banyak yang berpendapat beliau tidak konsisten (urusan selain kemanusiaan), terutama tidak konsisten dalam membela agama islam dan umat islam.

Kalau dilihat dari sudut pandang kebanyakan masyarakat, sekilas memang beliau tidak konsisten. Tapi, jika dilihat dari sudut pandang kemanusiaan, justru beliau yang paling konsisten.

Apakah dengan konsisten dalam kemanusiaan Gus Dur tidak membela islam dan umat islam? Tidak. Justru beliau membela agama islam dan umat islam. Mengapa demikian? Bukankah islam itu agama rahmatan lil'alamin? Dan didalamnya sangat mengedepankan tentang kemanusiaan.

Ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berteriak soal HAM, Nabi Muhammad abad 3 masehi sudah sangat menghormati  dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Suatu ketika saat beliau duduk2 dengan para sahabat, lewatlah rombongan orang2 yang membawa jenazah. Tiba2 Nabi Muhammad berdiri, lalu sahabat bilang, "yaa rasul yang lewat itu bukan jenazah muslim". Beliau menjawab "bukankah dia juga manusia".

Jangankan terhadap non orang muslim (yang masih hidup), terhadap jenazah non orang muslimpun Nabi Muhammad tetap menghormati. Karena kemanusiaan.

Jadi, ketika Gus dur memprioritaskan kemanusiaan, sebenarnya beliau dengan sendirinya telah membela islam dan umat islam.

Bagaimana dengan Gus Miek? Kiai kontroversial, karena sering berdakwah ditempat perjudian dan pelacuran. Apakah yang dilakukan Gus Miek salah? Sangat tidak salah. Sebab beliau dakwah ke manusia. Meskipun mereka penjudi, pelacur, apakah mereka bukan manusia?

Kalau dakwah ke mereka dianggap salah, terus siapa yang akan menyampaikan kebenaran ke mereka? Menyampaikan agama islam ke mereka?

Kalau hanya berdakwah kepada orang2 yang sudah memiliki dasar beragama islam, apalagi yang sudah memiliki moral yang baik, pasti lebih mudah dibandingkan dakwah ke penjudi dan pelacur. Dalam berdakwah Gus Miek sangat proaktif mendekati mereka, beliau yang mendatangi ke para penjudi dan para pelacur.

Yang pasti, resiko, tingkat kesulitan dan godaannya lebih berat berdakwah ke penjudi dan pelacur. Mengapa demikian? Karena para penjudi itu rata2 orang yang berduit, dan judi termasuk hoby buruk yang memang sulit dihilangkan dan orang dibalik mereka biasanya juga bukan orang biasa.

Ketika Gus Dur konsisten membela kemanusiaan melalu caranya, dan Gus Miek membela kemanusian (khususnya kepada penjudi dan pelacur) dengan cara beliau, apakah salah? Tentu sangat tidak salah.

Apakah "cara" mereka membela kemanusiaan salah? Beberapa orang berpendapat demikian, apalagi Gus Miek sering terlihat bercampur dengan penjudi, bahkan ikut berjudi. Justru disaat2 seperti itulah dibutuhkan kemampuan, keilmuan dan iman yang kuat.

Bagi orang islam yang tidak yakin dengan tujuan dan cara Gus Dur dan Gus Miek, sehingga mereka berbeda pandangan, sebaiknya tetap berprasangka baik, dan itu jauh lebih utama. Apalagi dibandingkan jika mereka berprasangka buruk.

Gus Dur pernah berpesan agar di pusaranya dipahat sebuah tulisan, “Di Sini Dimakamkan seorang Humanis”. Artinya, dia ingin dikenang sebagai pejuang kemanusiaan.

Semoga, semakin banyak ulama2 yang membela manusia karena kemanusiaan, karena mereka adalah manusia, sebab islam adalah agama rahmatan lil'alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar