Sabtu, 21 Maret 2015

Pasar modern, pasar tradisonal dan cinta negeri

Hari sabtu, minggu di siang dan sore biasanya pasar2 modern seperti hypermart,  giant, carefour dll akan tampak selalu rame, di kasirpun tampak antrian. Bagaimana dengan pasar tradisional? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Pada dasarnya manusia itu suka kebersihan, suka diberi kemudahan, suka diberi pinjaman, dan itu semua ada di pasar modern. Belum tentu ada dipasar tradisonal.

Tidak bisa dipungkiri, yang sangat membedakan antara keduanya adalah soal kebersihan. Tampak kendaraan dari mulai pintu masuk parkiran sudah tertata rapi. Begitu masuk pintu pasar modern sudah terasa segarnya udara AC. Bahkan bila ke toilet dan musholapun tampak sekali beda kebersihannya dibandingkan pasar tradisional.

Ketersediaan barang yang lengkap, dengan harga, petunjuk dan profile barang yang bisa dilihat semakin menarik bagi pembeli. Paling tidak saat melihat harganya bisa untuk mengukur kemampuan keuangan.

Dan yang tidak dimikiki pasar tradisonal adalah fasilitas pembayaran (kartu kredit/ KK, maupun debit) yang diberikan. Pasar modern sudah menjalin kerjasama dengan perbankan untuk kemudahan tersebut. Hal ini akan terasa manfaatnya saat tidak memiliki uang tapi ada kemudahan KK, apalagi saat ada kebutuhan.

Pasar modern didesain menjadi one stop service. Apapun yang diperlukan, pasti ada. Lihat saja, dari kebutuhan rumah tangga, perlengkapan sekolah, perlengkapan rumah, fitnes, sampai hotelpun ada.

Pihak manejemen pasar modern pasti sangat mengerti kesibukan konsumen. Biasanya justru di hari2 libur akan diberi diskon yang besar dan didorong dengan iklan yang besar2an.

Para pelanggan pasar modern sangat didorong untuk memiliki kartu pelanggan. Sehingga berdasarkan data tersebut, pihak manejemen mengerti seperti apa perilaku konsumen. Dan ini sangat membantu untuk penyediaan stock barang berikutnya.

Dan hal2 tersebut belum tentu ada di pasar tradisional. Mengapa demikian? Hal ini tidak terlepas dari lemahnya pembinaan dan pengawasan serta kekuatan asosiasi pedagang pasar tradisional tersebut. Seperti kata pepatah, bersatu kita menang, bercerai berai kita kalah.

Para pemodal di pasar tradisional jika tidak bersatu maka akan kalah dengan pemodal besar pengelola pasar modern yang menguasai lahan yang strategis, manejemen yang bagus, dan IT yang canggih serta jaringan suplier yang bagus.

Memang, leberalisasi selalu kita benci, tapi ternyata kita juga membutuhkannya....kalau sudah begini, pilih cinta negeriku, cinta anak negeriku atau memperkaya pemilik modal yang sudah kaya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar