Jumat, 20 Maret 2015

Pesta, status sosial dan kebutuhan lainnya

Sabtu dan Minggu merupakan hari yang ditunggu2 oleh orang2 yang kerja, khususnya di Jakarta setelah 5 hari sebelumnya bekerja dengan sepenuh tenaga. Paling tidak hari Sabtu dan Minggu bisa untuk bersama keluarga. Tapi seringkali hari2 itu menjadi sibuk lagi untuk urusan pesta.

Pesta pernikahan dibeberapa daerah sudah berubah fungsi, bukan hanya menginformasikan pernikahan itu saja, dan juga bukan sekedar ruang silaturahim, tapi sudah menjadi ruang untuk mengukur status sosial dan kejayaan.

Mengapa demikian? Yang punya hajatan menyelenggarakan pesta dibuat semeriah mungkin, dan seringkali itu diluar batas kemampuan. Sampai lupa bahwa setelah pesta itu masih ada urusan lain yang lebih wajib. Misalnya menyediakan rumah dan isinya, pekerjaan, pendidikan, dan yang bebas dari utang.

Dan dalam pestapun tidak lupa mengundang orang2 terkenal, pejabat, artis dan tokoh masyarakat. Semakin banyak mereka hadir, maka pesta tersebut semakin hebat. Apalagi kalau karangan bunga berjejer2....

Yang hadir pesta juga begitu, dari penampilan, sepatu, tas, parfum dan perhiasan, semua yang terbaik dipakai, bila perlu digunakannya yang mudah terlihat orang. Jika yang mengundang orang besar, acaranya digedung mewah, maka akan terasa beda rasanya. Karena disana akan bertemu dengan orang2 yang besar juga.

Terkadang, ada yang aneh dalam kebanyakan pesta. Antrian makan, seringkali dijumpai yang hadir berdesakan untuk mengambil makanan, bahkan terkadang saling memotong antrian. Sangat kontras dengan baju2 yang mereka kenakan. Dan ternyata mengambil makanannya pun banyak2, buktinya banyak sisa makanan yang terlihat dari tempat makanan.

Dan pestapun sudah banyak berubah.......
Pejabat/tokoh masyarakat mengadakan pesta sederhana "malu", undangan tampil sederhana juga "malu". Tapi tidak malu saat meninggalkan kredit rumah, mobil, untuk anak saat pesta usai, apalagi tampil sederhana saat hadir di rumah Allah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar