Jumat, 20 Maret 2015

Tupai dan IT di Pemerintah/pemda

Akan terasa sangat berbeda kualitas layanan yang diterima masyarakat saat berkunjung ke bank umum, dan ke kantor pemerintahan/pemda.

Banyak hal bedanya, pertama,  kecepatan, ini terkait dengan ketersedian data dan pengambil keputusan di back office itu sendiri. Dikantor pemerintahan/pemda seringkali database nya tidak saling terhubung, bahkan masih banyak yang tidak memiliki database. Dan juga pengambilan keputusan yang berjenjang, yang seringkali harus dengan tandatangan/persetujuan top pimpinan.

Kedua, keramahan, ini memang berbeda, karena selama meskipun pegawai pemerintah disebut abdi masyarakat, mereka secara sosial merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi, apalagi masih ada sifat2 sejak jaman penjajahan Belanda, bahwa pegawai pemerintah itu lebih tinggi status sosialnya dibandingkan masyarakat biasa. Yang membuat sulit ramah memang keramahan itu belum dihitung sebagai kinerja. Karena memang audit lebih pada pertanggungjawaban uang.

Sebenarnya masih banyak bedanya, seperti biaya yang tinggi, keterbukaan informasi proses pelayanan, pengaduan dll.

Sekarang kita diskusi tentang IT atau ICT di pemerintahan/pemda. Memang tidak semuanya IT nya kurang bagus. Tapi mari kita cek sekilas kenapa banyak pembangunan IT di pemerintahan/pemda gagal? Penyebab pertama dan pokok adalah karena membangun IT seperti tupai melompat.

Apa maksudnya? Maksudnya membangun IT dengan sekali lompatan dan itu diharapkan langsung selesai. Para pengembang IT lupa, bahwa tupai itu untuk bisa melompat harus belajar dulu berdiri, berjalan, lari baru melompat.

Apa buktinya? Banyak pembangunan "proyek IT" biasanya sekali membangun dengan anggaran yang besar dan lebih fokus pada masalah IT, bukan pada masalah environment. Khususnya kebiasaan dan habit yang yang akan menggunakan.

Contoh proyek besar misalnya bagaimana membangun e-budgeting untuk penyusunan APBD di pemda. Berapa uang pemda yang dihabiskan untuk membangun sistem aplikasi tersebut? Dan bagaimana keberlanjutannya? Banyak pemda yang tiap 2 tahun berubah lagi aplikasinya. Kenapa? Proyek. Artinya pembangunan benar2 diserahkan kepada konsultan tanpa adanya transfer knowledge ke pemda. Apa yang terjadi? Proyek selesai, selesai sudah aplikasi tersebut, bangun lagi dari nol lagi. Yang terjadi adalah e-buset deh...

Contoh lain lagi, betapa banyak pemda membangun aplikasi e-office. Tapi apa yang terjadi? Aplikasi ini baik dari sisi business process maupun environment banyak tidak sesuai kebutuhan. Kenapa? Karena pengembang juga tidak  tahu apa yang dimau user, dan user juga tidak tahu kemudahan apa yang akan dan bisa diterima, serta mereka tidak menyadari "prasyarat" keberhasilan dari e-office tersebut. Sehingga apa yang terjadi? Mereka menganggap IT itu obat segala penyakit. Sekali dibangun canggih selesai. Mereka lupa bahwa habit dari user harus diubah secara bertahap.

Contoh lain,  betapa banyak kantor pemda membangun IT dari sisi pengembangan jaringan internet, tapi  apa yang terjadi? Yang ada lebih banyak digunakan sebagai nonton youtube, dan youtube nya pun lebih kepada tontonan yang tidak ada kaitannya dengan tugas kantor. Artinya apa? Penyediaan IT nya berhasil, tapi belum berhasil membangun habit di lingkungan tersebut.

Jadi, janganlah hanya karena melihat tupai yang melompat itu hebat, kemudian dalam mengembangkan IT juga ingin membuat lompatan besar. Lihatlah proses tupai sebelum bisa melompat. Lihatlah environmet sebelum bersama2 diajak melompat.

Dan yang perlu diingat juga, sepandai2 tupai melompat, akhirnya "jalan" juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar